Tampilkan postingan dengan label Kuliah Daring. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliah Daring. Tampilkan semua postingan

Belajar Bareng Kasma Yakub, Kamad Inspiratif Daerah 3T

Desember 23, 2018
                      

DIY (Pergumapi). Salah satu program dari bidang diklat Pergumapi (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis) yang dimotori oleh Edy Purwanto dan Ruba Nurzaman adalah mengadakan kuliah daring lewat WA.  Pada bulan Desember ini kuliah daring diselenggarakan pada Sabtu (22/12), bertepatan dengan hari ibu. Kuliah daring kali ini menghadirkan narasumber Kasmawati Yakub, S.Ag., M.Pd., Kepala MTs Al Falah Arungkeke Jeneponto dengan moderator, Rina Harwati, M.Pd., Humas Pergumapi.  Adapun tema yang diangkat adalah Dari Menulis Sampai Menjadi Kamad Inspiratif.
Siapa dan bagaimana perjalanan Kasmawati hingga menjadi kepala madrasah inspiratif daerah 3T? Kasma Yakub, panggilan akrab Kasmawati Yakub, lahir 44 tahun yang lalu di Selayar. Pendidikan S1 ditempuh di IAIN Alauddin Makasar dengan mengambil program studi Bahasa Inggris. Sedangkan studi S2-nya diselesaikan di UNM konsentrasi Manajemen Pendidikan. Kemampuannya berbahasa Inggris telah membawanya menjadi dosen luar biasa di IAIN Alauddin, instruktur di Excellent Course, serta Translator in Plan International.
Selain menjadi guru dan dosen, Kasma Yakub juga seorang penulis. Dunia kepenulisan yang digelutinya telah melahirkan beberapa buku dan artikel/ berita di website. Kasma Yakub tak hanya piawai dalam menulis tetapi juga pandai dalam mengelola madrasah yang menjadi tanggung jawabnya. Kemampuannya mengelola madrasah mengantarkannya pada perolehan penghargaan sebagai kepala madrasah pengelola MEDP 15 terbaik nasional, kepala madrasah berprestasi tingkat propinsi, serta kepala madrasah inspiratif daerah 3T (Kupang, Nusa Tenggara Timur tahun 2017 dan Tanah Toraja, Sulawesi Selatan Tahun 2018).
Berikut ini paparan Kasma Yakub dalam kuliah daringnya. Menulis adalah hobi saya sejak duduk di bangku SMP. Hobi yang mengalir begitu saja secara otodidak. Untuk menyalurkan perasaan lewat sebuah tulisan, hingga berbentuk cerita atau puisi sederhana, atau sekedar mengarang tentang pengalaman yang berkesan saat mengunjungi suatu tempat, merupakan hal yang sering kulakukan jika memiliki waktu luang. Puisi atau cerita itu hanya dibaca oleh sahabat  dekat  saja. Sedangkan karangan hanya dibaca oleh guru ketika guru memberi kita tugas untuk mengarang.
Hobi menulis itu terus berlanjut hingga akhirnya saya menjadi guru PNS. Saya diangkat sebagai guru PNS tahun 2005 dan diperbantukan di sebuah madrasah swasta MTs Al-Falah Arungkeke. Ketika siswa-siswi saya mengikuti lomba baca puisi atau pidato maka puisi atau pidato saya yang akan terpilih untuk mereka bawakan dalam lomba. Alhamdulillah kesan pendengar tentang puisi saya selalu berkesan menurut mereka. 
Lima tahun kemudian, di akhir tahun 2010 saya diangkat menjadi plt oleh yayasan, setelah kepala madrasah sebelumnya meninggal dunia karena sakit.  Sebuah jabatan yang menurut saya amat berat, karena saya belum memiliki pengalaman apapun selain menjadi guru dan baru kira-kira setahun menjadi wakil kepala madrasah.
Tahun 2011 saya menjadi kepala madrasah definitif di madrasah tersebut.  Hingga suatu hari di tahun 2013, seorang penyalur majalah “Gema Suara Guru”, sebuah majalah lokal di Sulawesi Selatan menawari saya untuk memuat tulisan saya. Saat itu kebetulan saya sudah punya tulisan tentang perjalanan selama seminggu di Seoul, Korea Selatan. Sebuah perjalanan Study Comparative yang merupakan hadiah dari Apresiasi Kementerian Agama RI bekerja sama dengan ADB bagi kepala madrasah yang dianggap terbaik dalam mengelolah Dana Bantuan MEDP (Madrasah Education Development Project).
Suatu hadiah yang tak pernah terpikirkan di benak saya sebelumnya. Singkat cerita jadilah tulisan saya yang pertama kali dimuat di media dalam 5 edisi bersambung, judulnya “Perjalanan Kamad MTs Al-Falah Arungkeke selama 6 hari di Seoul, Korsel”. 
Berikutnya tentang menulis antologi puisi dalam buku saya yang pertama berjudul “Elegi Rindu buat Guruku”. Ini berkat bantuan seorang teman fb yang juga penulis untuk membukukan puisi-puisi saya yang sering saya posting di fb.
Tentang kepala madrasah inspiratif, sebenarnya pengalaman saya sebagai kepala madrasah, selalu saya posting di fb, sejak saya kenal fb tahun 2012, baik itu dalam fb pribadi atau fb madrasah. Bahkan sejak tahun lalu madrasah kami sudah punya website dan tahun ini punya instagram madrasah.
Tahun 2017 saya diundang oleh Direktorat GTK Madrasah RI bersama beberapa kamad dan guru-guru se-Indonesia untuk mengikuti Sosialisasi Anugerah Guru Madrasah Konstitusi, sebuah program GTK kerjasama Kemendikbud dan MK untuk kompetisi guru PPKN berprestasi.
Pada bulan Desember (masih tahun yang sama) saya diundang untuk menjadi kamad inspiratif dalam sebuah program baru Direktorat GTK Madrasah yaitu “ Visiting Teacher daerah 3T/ minoritas” di Kupang, NTT.  Kemudian tahun 2018 ini tanggal 1-3 Desember kembali diamanahi untuk berbagi pengalaman dalam mengembangkan madrasah dengan guru, kamad, pengawas dan tenaga  kependidikan di Kabupaten. Tanah Toraja Sulawesi Selatan. Sebuah madrasah dengan status akreditasi C pada tahun 2007-2013 hingga teraih akreditasi A pada tahun 2013 sampai 2018 ini.
    Perjalanan dan perjuangan Kasma Yakub bagai kepala madrasah di daerah 3T membuat para peserta kuliah antusias bertanya lebih jauh. Sang Moderator, Rina Harwati, Humas Pergumapi sekaligus guru MTsN 7 Bantul yang belum lama menyelesaikan studi S2-nya, pun memberikan kesempatan kepada para peserta untuk bertanya. Pada termin pertama, ada Karjianto, Hadi, dan Sukarti.
       Berikut ini pertanyaan dari masing-masing penanya sekaligus jawaban dari Sang Kamad Inspiratif Daerah 3T.
Karjianto: “Apa tips sukses menjadi kepala madrasah sekaligus penulis?”
Hadi: “Saya masih yunior jadi kamad, baru hampir setahun, jadi saya pingin tahu banyak tentang inspirasinya, terutama tentang menulis
Jawaban Kasma Yakub: “Tips sukses menjadi kepala madrasah: pertama, membuat planning dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang memuat kebutuhan madrasah dan peluang yang mendukung planning itu bisa tercapai (saya biasa sebut dengan strategi kamad). Kedua menjadikan setiap tempat sebagai madrasah, di manapun kita berada pasti ada sisi positif yang bisa kita ambil untuk diadopsi guna pengembangan madrasah Ketiga, menjadikan siapapun sebagai guru. Bahkan terkadang anak kita sendiripun memiliki ilmu pengetahuan yang kita belum tahu. Maka kita bisa jadikan anak kita sebagai guru, tentu saja pada hal-hal yang kita sendiri sudah filter. Keempat, melaksanakan semua untuk pengembangan madrasah secara ikhlas tanpa pamrih.
   Masih di termin pertama, berikut pertanyaan dari Sukarti, anggota Pergumapi dari Jawa Timur.
Sukarti:”Pertama, bagaimana cara menggali ide dalam menulis, terutama ketika berpuisi diksinya bisa begitu indah sekaligus pembacanya bisa ikut baper. Kedua, etika diundang menjadi kamad inspiratif di Kupang, NTT, hal apa yang paling berkesan dan bagaimana pandangan anda  terhadap pendidikan di sana, terutama bagi saudara-saudara kita yang muslim, mengingat muslim di sana menjadi kaum minoritas. Ketiga, ketika membaca puisi karya orang lain, bagaima caranya supaya kita tidak terjebak dalam gaya penulisan orang lain?
Jawaban Kasma Yakub:
1. Cara menggali ide dalam menulis puisi, tentu saja kita harus banyak membaca puisi orang lain agar kosa kata kita juga makin bertambah. Sehingga ide yang akan kita tuangkan makin mudah kita deskripsikan dalam puisi kita
2.Pengalaman menjadi kamad inspiratif di NTT hampir sama dengan di Tanah Toraja kemarin. Bedanya kalau di Toraja benar-benar minoritas muslim saja, sedangkan di NTT selain minoritas mereka juga berada di lokasi daerah terluar. Di daerah kupang hanya 3% dari jumlah penduduk yang tinggal di daratan kota, selebihnya tersebar di puluhan pulau di NTT, sehingga untuk mengadakan suatu forum guru madrasah, mereka agak kesulitan. Terkendala dengan dana dan waktu. Untuk ke ibu kota saja memakan waktu berhari-hari,  kecuali pulau yang sudah ada akses bandaranya, misalnya Labuan Bajo.
3. Membaca puisi karya orang lain hanya untuk memperkaya kosa kata kita, tentang hal yang romantis, misalnya. Setelah itu kita bisa mencari diksi lain untuk kata rindu. Ada kangen, gulana atau lainnya, bahkan sekarang kita bisa buka 'om google' utk telusuri persamaan kata rindu tersebut. Maka akan banyak kata yang muncul, sehingga untuk kata rindu saja kita sudah berbeda dengan penulis lain
Itu adalah beberapa pertanyaan sekaligus jawaban dari Sang Kamad. Selanjutnya pada termin kedua, ada 3 orang penanya juga: Parti, Nur Aini, dan Dr Sukarlan.
Sukarlan: “Bagaimana cara mengelola konflik?”
Jawaban Kasma Yakub: “Dalam menangani konflik, saya selalu melakukannya dengan cara musyawarah, dalam hal ini rapat melibatkan semua pihak terutama guru dan tendik. Kami setiap bulan setelah rakor di kemenag kabupaten, lanjut rakor di lingkup madrasah sendiri. Jika ada konflik terkait kesalahpahaman tentang dana misalnya, kita bahas dalam rapat bersama secara transparan. Jika rapat intern guru dan tendik berhasil mendapatkan solusi, baru kami undang pihak yayasan. Tetapi alhamdulillah selama ini semua teratasi dengan baik.
   Selanjutnya adalah pertanyaan dari Nur Aini Iksan. Berikut ini pertanyaannya.
Nur Aini Iksan: ”Pertama, bagaimana Ibu memanage guru-guru yang berbeda ide dan cara pencapaian. Kedua, apakah dewan guru juga dituntut untuk membuat planning untuk madrasah? Ketiga, pernahkah terjadi konflik antara intern penghuni madrasah dengan pihak luar dan bagaimana cara menanganinya?
Jawaban Kasma Yakub:
1.Cara memenage ide yang berbeda dari beberapa guru, seperti saya tuliskan tadi selalu mengambil jalan tengah dengan musyawarah, mempertimbangkan dampak positif negatif dari ide yang ada, dan tentu saja kita selalu mengambil ide yang terkecil resikonya
2.Ya, semua guru dituntut untuk punya planning, wali kelas, wakamad kesiswaan, kurikulum, sapras, petugas perpus, dan lain-lain, kita bahas planning tersebut dalam raker setiap tahunnya di tempat destinasi wisata yang mudah dijangkau dan disesuaikan kemampuan dana. Kita ambil skala prioritas dari hasil raker tahunan untuk dilaksanakan
        Masih di termin kedua, ada pertanyaan dari Parti, anggota Pergumapi dari DI Yogyakarta. Berikut ini pertanyaannya.
Parti: “Bagaimana cara menghindari rasa minder karena merasa tulisan kita jelek? Sewaktu duduk di bangku SMP, SMA, dan perguruan tinggi saya juga sering menulis di majalah anak-anak atau remaja, tetapi sekarang melihat nama-nama yang terpampang di koran/ majalah adalah nama orang-orang hebat dan terkenal membuat saya tidak jadi mengirimkannya.
Jawaban Kasma Yakub: “Ternyata kita punya persamaan Bu Parti, saya juga dulu suka minder dan tidak percaya diri, makanya menunggu ditawari dulu oleh editor baru tulisan saya sodorkan ke penerbit majalah. Demikian pula dengan puisi, saya menunggu ditawari oleh teman untuk membukukannya. Tapi saya kira menunggu seperti yang saya lakukan bukanlah hal yang baik. Apalagi tulisan bu Parti sebelumnya sudah pernah ada media yang memuat. Intinya keberanian, sodorkan kepada teman yang lebih punya pengalaman, tanya pendapatnya. Kalau ada saran kita perbaiki. Pokoknya menulis dan jangan minder.
  Sungguh luar biasa kuliah daring Sabtu malam itu hingga tanpa terasa malam telah mulai larut. Sebenarnya masih ada pertanyaan yang muncul, tetapi karena waktu, terpaksa pertanyaan harus ditunda. Sang Moderator pun menutup kuliah pada pukul 21.57 WIB.  
       Banyak manfaat dapat diambil dari kuliah daring oleh Pergumapi. Berbagai inspirasi dan tambahan ilmu serta wawasan dapat ditimba dari sini. Meskipun organisasi ini masih berumur jagung, tetapi torehan karya para anggotanya tak terhitung banyaknya. Mari berkarya bersama Pergumapi. (nsh).  
           



Kuliah Daring: Hasilkan 496 tulisan, Kholif menjadi ASN Berbudaya Kerja Kemenag Bantul

April 08, 2018
Kholif Diniawati (kanan) dan Isti Bandini.
Yogyakarta, Pergumapi.or.id–Kuliah daring atau online menjadi salah satu magnet Pergumapi (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Acara yang menggunakan fasilitas grup WhatsApp itu dilaksanakan oleh Pengurus Bidang Diklat Pergumapi,  Ruba Nurzaman dan Edy Purwanto. Tema yang diangkat beragam, disesuaikan dengan keahlian dan atau kebutuhan anggota.

Sabtu (7/4) lalu, tema yang diangkat adalah “Menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) Berbudaya Kerja dan Berprestasi”.  Narasumber yang ditampilkan adalah Kholif Diniawati, M.Pd.B.I., anggota Pergumapi dari Kabupaten Bantul serta guru Bahasa Inggris MAN 3 Bantul. Moderator kegiatan tersebut adalah Isti Bandini, M.Pd. anggota Pergumapi yang juga dari Bantul dan berstatus guru BK MTsN 3 Bantul.

Kholif meraih Juara 1 ASN Berbudaya Kerja versi Kemenag Kabupaten Bantul serta meraih Publikasi Award dari Kanwil Kemenag DI Yogyakarta. Sementara itu, Isti Bandini menjadi runner-up ASN Berbudaya Kerja Kemenag Bantul dan juga meraih Publikasi Award dari Kanwil Kemenag DI Yogyakarta.

Dalam paparannya, Kholif menyampaikan bahwa prestasi yang diraihnya itu banyak didukung oleh tulisan yang dihasilkannya. Dalam dua tahun terakhir Kholif menulis 400 tulisan di website Kemenag DI Yogyakarta, 5 tulisan di website Kemenag RI, serta 91 tulisan di media cetak.

Untuk menghasilkan karya sebanyak itu, Kholif mengaku menulis setiap hari. Bahkan, tidak jarang dirinya menulis hingga larut malam.

“Saya menulis setiap hari dan bahkan sampai larut malam, hal ini saya lakukan karena saya merasa menulis bukan lagi kewajiban melainkan suatu kegiatan yang menyenangkan, karena tulisan saya cenderung memberitakan madrasah, tempat kerja dan ladang amal saya, jadi dalam benak saya selalu beranggapan bahwa menulis merupakan realisasi kesyukuran saya atas ladang kerja dan ladang amal yang disiapkan Allah untuk saya, sehingga saya harus menjaga, merawatnya dan sebisa mungkin berupaya mengembangkan melalui potensi menulis yang saya punya walau hanya sederhana,” ungkap lulusan Program Pascasarjana Universtias Ahmad Dahlan itu ketika menjawab pertanyaan dari Ayu Dewi Ansori.

Kholif menjelaskan, dirinya menulis saat sedang tidak mengajar. Lebih sering kegiatan itu dilakukannya pada malam hari. Dirinya mengaku termasuk orang yang sulit tidur. Jadi, memanfaatkan waktu tersebut untuk bekerja. Ketika mengalami jenuh, Kholif mencoba berpikir bahwa kemampuannya adalah dalam bidang menulis dan itulah yang bisa disumbangkannya kepada madrasah tempatnya bekerja.

Beberapa penanya lain mencoba menggali informasi lebih banyak tentang kiprah Kholif dalam bidang tulis-menulis sehingga menjadikannya ASN berprestasi. Siska Yuniati misalnya, bertanya tentang kiat Kholif mengumpulkan data sehingga menulis dengan baik.

Menanggapi pertanyaan itu, Kohlif menjelaskan, dalam menulis berita dirinya membuat format dalam lembaran khusus. Lembaran itu dibagikannya kepada siswa atau panitia kegiatan. Data itu dijadikannya sebagai bahan menulis berita ditambah pernyataan pejabat terakait.

Semua aktivitas tersebut dilakukan Kholif secara ikhlas dengan mengharap rido dari Allah. Dengan begitu, dirinya bisa bekerja dengan senang sambil menikmati hidup.

Pada catatan penutupnya, Kholif menyampaikan bahwa untuk meraih prestasi seperti ASN Berbudaya Kerja, salah satu kunci keberhasilannya adalah ketekunannya dalam mengarsipkan karya-karya yang telah dihasilkan. Arsip tersebut dibuatnya dalam bantuk cetakan. Menurutnya, penilai membuktikan kinerja kandidat dari bukti yang dapat ditunjukkan, bukan dari proses yang dilakukan.

Bisa saya simpulkan hal terpenting untuk menjadi ASN Berbudaya Kerja adalah melaksanakan tugas sesuai jabatan yang diberikan dalam instansi kita/madrasah, serta mengarsipkan seluruh hasil kerja kita dalam bentuk cetakan/visual. Karena penilaian lebih cenderung melihat hasil karya, penilaian tidak melihat proses tetapi hasil dari kerja sebelumnya. Namun perangkat pembelajaran yang lengkap juga menjadi bagian penilaian termasuk prestasi yang kita peroleh dalam pengembangan diri maupun dalam pendampingan dan pembimbingan siswa yang menjadi tugas pokok kita sebagai guru,” tutup Kholif. (ist)

Pergumapi Gelar Kuliah Daring Nasional Menulis Puisi

Maret 03, 2018
Ahmad Arif Ma'ruf. Foto: Arief-jogja.com
YOGYAKARTA, Pergumapi.or.id—Guru-guru madrasah yang tergabung dalam Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi) kembali akan menggelar kuliah dalam jaringan (daring) Sabtu (3/3). Kali ini tema yang diangkat adalah "Tips Menulis Puisi" dengan pemateri Ahmad Arief Ma'ruf.

Kuliah daring akan digelar di grup WhatsApp Pergumapi pukul 19.30-21.30 WIB. Kuliah daring ini dapat diikuti secara gratis bagi anggota Pergumapi.

Ketua Pergumapi, Siska Yuniati, mengungkapkan bahwa kuliah daring merupakan program dwimingguan yang diselenggarakan Bidang Pendidiakan dan Latihan Pergumapi.

"Dua minggu sekali Bidang Diklat Pergumapi menyelenggarakan kuliah daring. Nanti malam adalah kuliah daring keempat sejak Agumapi berubah nama menjadi Pergumapi karena mengikuti aturan penamaan organisasi yang berlaku di Kementerian Hukum dan HAM RI," jelas Siska.

Siska juga mengungkapkan bahwa adanya kuliah daring dalam rangka memfasilitasi anggota untuk berbagi dan belajar. Anggota yang memiliki keterampilan khusus atau pengalaman dalam bidang penulisan diminta menjadi narasumber. Kegiatan itu bisa diikuti secara gratis dari kediaman anggota di berbagai daerah di Indonesia. Jadi, lebih hemat biaya dan waktu.

Kendati dilakukan secara daring, Siska menegaskan bahwa kualitas penyelenggaraannya tidak kalah dengan seminar tatap muka. Acara diawali dengan pemaparan materi dari moderator diikuti sesi tanya jawab. Kegiatan dipandu oleh seorang moderator yang juga berasal dari anggota. Pada kuliah tentang menulis puisi ini, langsung dimoderatori Sekretaris Bidang Diklat Pergumapi, Edy Purwanto.

Untuk pemateri, menurut guru MTs Negeri 3 Bantul itu, jika diperlukan bisa juga mendatangkan dari luar. Organisasi ini tercatat pernah mendatangkan penulis teenlit Gramedia dan seorang rektor untuk mengisi kuliah daring bagi anggotanya.

Ahmad Arif Ma'aruf yang didapuk sebagai pemateri adalah guru bahasa Indonesia dan Kepala Perpusakaan MAN 4 Bantul. Selain itu, Arif, demikian dia biasa dipanggil, dikenal pula sebagai Wakil Ketua Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Daerah Istimewa Yogyakarta serta salah satu pengawas Pergumapi.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Bidang Diklat Pergumapi, Ruba Nurzaman mengungkapkan, pemilihan Ahmad Arif Ma'ruf sebagai pemateri dengan petimbangan bahwa Arif memang memiliki pengalaman dalam bidang menulis puisi. Selain itu, yang bersangkutan juga merupakan guru bahasa Indonesia dan beberapa kali memenangkan kompetisi menulis tingkat nasional.

Masih menurut Ruba, diselenggarakannya kuliah daring dengan tema "tips menulis puisi" ini juga terkait dengan kegiatan penerbitan antologi puisi bersama yang diselenggarakan Bidang Penulisan Sastra Pergumapi.

"Bidang Penulisan Sastra sedang menyelenggarakan penerbitan antologi puisi "perempuan" yang rencananya akan dilaunching bertepatan dengan Hari Kartini nanti. Jadi, kami mendukung itu, agar anggota yang masih belum menyelesaikan karyanya bisa segera menulis," ungkap Ruba yang merupakan Guru MTs Al-Mukhtariyah Rajamandala Bandung Barat dan mantan fasilitator MBS USAID Prioritas itu. (Humas/RH)

Kuliah Daring, Edy Purwanto Angkat Materi Menulis Berita di Media Daring

Januari 06, 2018
Edy Purwanto
PERGUMAPI.or.id--Asosiasi Guru Madrasah Penulis Indonesia kembali menyelenggarakan kuliah dalam jaringan (daring), Sabtu (6/1). Kuliah daring atau online kali ini mendapuk guru fisika MAN 4 Bantul, Edy Purwanto sebagai narasumber.

Dalam paparannya, Edy Purwanto menyampaikan bahwa untuk dapat menulis berita daring secara produktif hal yang harus dimiliki seorang penulis atau pewarta adalah rasa cinta atau rasa memiliki. Dengan adanya rasa memiliki, maka aktivitas menulis akan dilakukan secara terus-menerus dan dengan perasaan suka.

Hal tersebut sudah dibuktikan langsung oleh Edy Purwanto. Edy pernah menulis 222 berita tentang madrasahnya dalam tempo satu tahun. Atas kontribusi tersebut, Edy mendapat penghargaan khusus dari Kementerian Agama Kanwil DI Yogyakarta tahun 2015.

Keberhasilan tersebut bahkan telah ditularkan kepada istrinya, Isti Bandini, M.Pd. yang sekarang menjadi guru di MTs Negeri 3 Bantul. Tahun 2017 lalu atas nama madrasahnya, Isti Bandini mendapat Publikasi Award tingkat MTs dari Kanwil Kemenag DI Yogyakarta.

Selain rasa memiliki dan rasa cinta, Edy Purwanto juga berusaha konsisten dengan slogan one day one news. Atas komitmen ini, ratusan berita dilahirkannnya dalam satu tahun.

Kuliah daring dilakukan mulai pukul 19.30 hingga 21.30 WIB. Bertindak sebagai moderator Tati Nurhayati, S.Pd., Guru MTs Negeri 1 Kota Bandung. (sis)

Tips Menulis Teenlit dari Wiwien Wintarto

Yun Oktober 16, 2017
Wiwien Wintarto
Oleh Siska Yuniati, Ketua Umum Pergumapi

PERGUMAPI.or.id---Novel teenlit merupakan genre sastra yang cukup mendapat tempat akhir-akhir ini. Jika kita tengok di rak toko-toko buku besar, teenlit tak pernah absen menghiasinya.

Selain muncul di toko buku, tidak jarang novel bergenre teenlit menjadi dikenal luas hingga diangkat ke layar lebar. Mulai yang “senior”, kita mengenal Ali Topan Anak Jalanan hingga yang lebih baru, yang dikenal mulai 2000-an, ada novel Dealova. Karya ini kemudian diangkat dalam film Dealova dan soundtracknya yang sangat terkenal itu juga berjudul “Dealova”. Novel Dealova lahir dari tangan dingin Dyan Nuranindya yang menggarapnya sejak dia duduk di bangku sekolah menangah pertama.

Selain dua karya itu, kita juga mengenal karya-karya lain yang juga tidak kalah terkenalnya, seperti Eiffel I’m in Love, Fairish, Dua Rembulan, Rahasia Bintang, dan Jingga dan Senja. Siapa pun penulisnya, novel-novel itu bercerita tentang remaja, kehidupan remaja, pola pikir remaja, sudut pandang remaja, dan berbagai sisi lain persoalan remaja.

Pertanyaannya, jika terkait remaja, apakah sebuah teenlit yang kekinian harus identik dengan kealay(i)an anak muda?

Topik “alay” inilah yang direspons pertama kali oleh Wiwien Wintarto dalam diskusi online dua jam dengan guru-guru anggota Asosiasi Guru Madrasah Penulis Indonesia (Agumapi), Sabtu (15/10) malam. Penulis puluhan teenlit dan pemenang lomba menulis skenario itu secara tak terduga mengungkapkan bahwa novel teenlit tidak harus alay.

Penulis asal Semarang yang mengaku sekarang fokus pada tulisan dengan target pembaca dewasa muda itu, mengungkapkan bahwa kealayan novel teenlit lebih kepada konteks tema, bukan terkait struktur dan cara bercerita. Sebagai produk sastra, novel teenlit harus mengacu kepada tata aturan penulisan yang berlaku. Jika saat ini yang berlaku EBI, itulah standar bahasa yang digunakan. Lebih lanjut, Wiwien menjelaskan bahwa kealayan seorang anak remaja bisa dimunculkan pada bagian tertentu, misalnya pada bagian dialog atau komunikasi antar tokoh. Maka, Wiwien menegaskan bahwa hal yang perlu dilatih seorang penulis novel teenlit adalah perihal kelincahan dan ketidakkakuan dalam menulis.

Saat ini rata-rata penerbit mau memproduksi novel teenlit. Jadi, bagi penulis hal ini merupakan keuntungan. Untuk dapat diterbitkan oleh penerbit, Wiwien berpendapat, sebuah naskah tidak harus benar-benar luar biasa, titik fokusnya justru menjual atau tidaknya naskah tersebut. Penerbit akan tertarik menerbitkan sebuah naskah jika dipandang akan laku.

Selain mengupas persoalan bahasa, Wiwien juga menyampaikan tips-tips yang disarikan dari pengalaman menulisnya. Ada delapan tips yang disampaikan Wiwien.

Pertama, bagian tersulit dari penulisan novel adalah memulai. Menemukan ide yang tepat dan kemudian menyusun alur juga sulit. Tapi tetap saja, meski itu sudah ketemu, setengah mati susahnya untuk memulai. Pasti terpikir “kudu nulis apa nih?”. Nah di sini akan terkuak trik-trik simpel untuk membuat kita lebih gampang memulai.

Kedua, saat terpikir menulis novel, jangan terbebani dengan mutu alias kualitas karya apalagi terpikir harus bisa menghasilkan karya megah nan inspiratif seperti Laskar Pelangi atau Hafalan Shalat Delisa. Why? Karena kebanyakan penerbit mencari barang yang bisa dijual, bukan kurator sastra yang mencari karya tercanggih yang sekali baca, langsung membuat pembaca menangis. Novel standar namun punya potensi pasar bagus akan diakomodasi daripada satu karya yang bernilai tinggi namun kemungkinan hanya bisa dinikmati kalangan kecil. Jadi, apa yang sedang gampang laku di dunia pernovelan saat ini?

Ketiga, jawabannya adalah novel romance, dengan pasar pembaca perempuan modern perkotaan usia 20-45 berstrata sosial middle up. Nyaris semua penerbit mayor menerbitkan novel jenis ini, sebagian besar laku. At least nggak rugi. Ceritanya pun rata-rata sama. Umumnya tentang dua sahabat cewek-cowok yang akhirnya jatuh cinta namun ragu memulai. Alur seperti ini sudah ratusan kali dipakai, tapi tetap oke. Tidak bakal dikenai tuduhan plagiat atau pembajakan. Cukup dengan memvariasi detail karakter dan kehidupan, novel-novel sudah dianggap berbeda. Tema “gampang” lain yang juga kerap hadir adalah cinta segitiga, seperti di serial Cinta & Rahasia NET.

Keempat, untuk latihan, apalagi bagi yang akan kali pertama bikin novel, tema- tema mudah seperti itu adalah jalan yang pas guna lebih gampang memulai. Jadi tak perlu pusing mencari ide. Sudah ada, tidak perlu mencari lagi. Tinggal dituliskan. Lalu, langkah berikut adalah menulis outline. Bisa dibuat outline per bab dengan kata-kata singkat, dengan kira-kira 15-20 bab utk panjang satu novel standar.

Kelima, agar makin mudah, tulislah adegan tersepele dan teremeh di bab satu sekadar untuk memaksa otak untuk memulai. Sesudah ini rampung ditulis, bab-bab berikut akan lebih lancar dikerjakan. Adegan tergampang yang bisa dipakai untuk mengisi bab satu novel kita adalah adegan bangun tidur. Misal si tokoh bangun, ngecek HP, lalu mandi dan ke meja makan utk sarapan sebelum berangkat sekolah, kuliah, atau kantor. Di situ ia bertemu seluruh anggota keluarganya, maka sekaligus sambil mengenalkan tokoh utama dan kehidupannya.

Keenam, adegan ini sekadar cara memulai. Bila nanti sesudah cerita tamat, bab satu nggak bagus atau bahkan nggak nyambung, dia bisa diganti adegan lain. Saya masih sering memakai teknik ini untuk memulai. Seringnya adegan bab satu harus diganti pada saat proses editing. Tapi nggak apa-apa. Ia hanya sekadar langkah gampangan untuk memulai, daripada berjam-jam duduk di depan laptop dan bingung mau nulis apa.

Ketujuh, intinya, pada era milenial sekarang ini, semua harus dibikin mudah dari diri sendiri, agar semua mudah pula dijalani. Cara menerbitkan pun bisa dibuat mudah pula. Andai ditolak penerbit mayor, bisa diterbitkan sendiri. Andai tak punya dana untuk self publishing, bisa dipasang di Wattpad atau Kompasiana. Tetap sama-sama terbit dan dibaca banyak orang. Hal terpenting, menambah banyak teman sesama penulis, baik amatir maupun profesiobal.

Kedelapan, adapun standar penulisan naskah (fiksi atau nonfiksi) adalah seperti ini:
o Font Times New Roman 12 pt
o Layar A4
o Spasi 1,5
o Alignment justified
o Tulisan tidak perlu diefek

Ini adalah standar internasional. Dengan kriteria demikian, satu naskah novel minimal terdiri atas 170 halaman. Di bawah 170, namanya novella. Tapi umumnya, 150an halaman adalah jumlah aman bagi kebanyakan penulis. Jika hendak terbit indie, halaman bisa disusutkan ke 120an. Kaitannya dengan ongkos cetak.

Tips yang disampaikan Wiwien tersebut disambut antusias oleh para peserta. Beberapa pertanyaan diajukan. Noor Sofi misalnya, guru MTs Negeri 9 Bantul ini mengajukan pertanyaan tentang tips menembus penerbit dan teknik memunculkan ide-ide sehingga melahirkan banyak tulisan.

Terkait menembus penerbit, Wiwien menyarankan untuk mencari koneksi dengan penerbit. Selain itu, solusi lain adalah menulis novel yang jenisnya paling laris di penerbit bersangkutan. Sementara itu, tentang teknik memunculkan ide-ide, Wiwien menyarankan untuk beralih ke aktivitas lain, menonton dan membaca adalah di antara aktivitas yang paling disarankan oleh Wiwien.

Pertanyaan senada disampaikan Sri Rahmiyati. Pengawas madrasah dari Gunungkidul itu bertanya tentang teknik mengatasi permasalahan writer block. Menurut Wiwien, perihal ini sama dengan teknik memunculkan ide-ide, yakni dengan mengalihkan ke aktivitas lain seperti menonton dan membaca.

Masih terkait ide-ide, Sarifudin bertanya tentang sumber inspirasi, apakah terkait pengalaman atau pengamatan. Sarifudin juga bertanya kapan seharusnya judul sebuah cerita dibuat.

Tentang inspirasi, Wiwien berpendapat kebanyakan penulis memang menuangkan ide-ide yang terinspirasi dari pengalaman hidup penulisnya. Berlandasarkan pengalaman-pengalaman tersebut, cerita bisa diolah bersama peristiwa-peristiwa fiktif. Sementara itu, tentang saat terbaik menentukan judul adalah setelah cerita selesai. Wiwien mengaku, hanya satu dari puluhan karyanya yang judulnya dibuat terlebih dahulu.

Menjawab pertanyaan Yeti Islamawati tentang narasi dan dioalog, Wiwien menyarankan khusus novel pop sebaiknya didominasi dialog-dialog. Ada obrolan-obrolan panjang untuk menghidupkan cerita.

Perihal menciptakan tulisan yang menarik bagi pembaca untuk menjawab pertanyaan Ogi Lesmana, Wiwien berpendapat bahwa seorang penulis sedikit banyak mengerti ilmu marketing. Seorang penulis harus mengerti pembaca sasarannya, seorang penulis harus membedah dunia mereka. Khusus teenlit, pembacanya adalah remaja dengan rentang usia 14-19 tahun, sementara roman dewasa target usianya 20-40 tahun.

Pertanyaan tidak kalah menarik disampaikan Rr. Siti Murdaning tentang kemiripan-kemiripan yang terjadi pada cerita yang ditulis dengan cerita-cerita sebelumnya. Terkait hal ini, untuk menghindari tuduhan plagiarisme Wiwien menyarankan untuk menghindari kesamaan yang terlalu banyak.

Diskusi yang berlangsung hingga pukul 21.20 WIB itu diikuti oleh anggota Agumapi dari seluruh Indonesia. Pada penghujung diskusi, Wiwien berpesan untuk tidak ragu menulis. Menurut Wiwien, menulis tidak semata pekerjaan, melainkan juga merupakan aktivitas mental. Seseorang rajin menulis mentalnya lebih sehat. Fungsi menulis bagi jiwa menurut Wiwien sama dengan fungsi olahraga bagi fisik seseorang. (*)

Tulis Teenlit, Tak Perlu Berbahasa Alay, Gunakan Bahasa yang Baik dan Benar

Yun Oktober 16, 2017
Raw Pixel/CNN Indonesia
Oleh Sabjan Badio, CNN Indonesia

PERGUMAPI.or.id--Menulis novel teenlit (novel remaja) itu tidak harus dengan bahasa alay khas anak remaja sekarang. Novel harus ditulis dalam bahasa Indonesia sesuai ejaan yang berlaku. Jika saat ini yang berlaku EBI, maka itulah yang semestinya digunakan.

Hal tersebut disampaikan Wiwien Wintarto dalam diskusi penulisan novel bersama guru-guru anggota Asosiasi Guru Madrasah Penulis Indonesia (Agumapi), Sabtu (15/10). Pada diskusi online tersebut, Wiwien dipandu Siska Yuniati, Ketua Umum Agumapi.

Kemunculan bahasa-bahasa alay bisa saja terjadi, yaitu pada komunikasi antartokoh, misalnya obrolan, SMS, atau komunikasi lain yang terjalin.

Hanya saja, menurut penulis 22 novel teenlit itu, kehadiran dialog dominan pada novel teenlit. Dengan dominannya dialog, secara otomatis, bisa saja bahasa-bahasa alay itu banyak muncul.

Hal tersulit dapat menulis menurut Wiwien adalah saat memulai. Selain perihal memulai, menentukan tema dan alur juga tidak mudah.

Agar dapat segera memulai, Wiwien menyarankan untuk tidak terbebani oleh ide-ide cemerlang atau luar biasa. Bisa jadi kita melahirkan ide megah nan inspiratif, tetapi jika penulis fokus memikirkan hal itu, tulisannya bisa jadi justru tidak pernah selesai.

Setelah mendapatkan ide, namun masih juga belum bisa memulai, Wiwien menyarankan untuk memulainya dengan hal sepele pada bab awal. Misalnya, tentang adegan seseorang yang bangun, memeriksa ponsel, mandi, menuju meja makan, sarapan bersama sekaligus mengenalkan tokoh-tokoh lain.

Bagian ini hanya mengantarkan saja ke bab-bab lain. Setelah cerita selesai, bab awal ini bisa direvisi atau diganti untuk disesuaikan dengan cerita yang telah dibangun atau untuk disesuaikan bahasanya hingga tampil lebih menarik.

Jadi, menurut Wiwien, bab pertama itu bisa jadi selesai paling akhir. Hal ini berlaku juga dengan judul. Wiwien mengaku, dari novel-novel yang ditulisnya, hanya satu yang judulnya dibuat terlebih dahulu. Rata-rata judul tulisan Wiwien ditentukan paling akhir.

Diskusi yang diikuti anggota Agumapi dari seluruh Indonesia itu berlangsung hangat. Beberapa pertanyaan muncul dari peserta, di antaranya tentang cara menembus penerbit yang diajukan Noor Sofi, guru MTs Negeri 9 Bantul.

Menurut pengalaman Wiwien, menembus penerbit memang bukan persoalan mudah. Kendati demikian, Wiwien menyampaikan dua tips khusus. Pertama, penulis harus menjalin hubungan dengan penerbit. Saat penulis menyelesaikan karyanya, tulisan tersebut dikirim ke relasi yang sudah dikenal.

Hal lain yang dapat dilakukan agar lebih mudah menembus penerbit menurut Wiwien adalah menulis novel-novel yang memang sedang banyak diproduksi oleh penerbit yang akan dibidik. Penerbit membutuhkan naskah yang bisa dijual. Novel standar yang potensi pembaca besar berpeluang lebih banyak diterima dibandingkan novel dengan kualitas tinggi namun target pembacanya sangat kecil. Jadi, untuk persoalan ini, pertanyaannya, apa yang sedang dan/atau laku dijual?

Selain Noor Sofi, beberapa guru lain juga menyampaikan pertanyaan-pertanyaannya. Diskusi berlangsung selama dua jam, dari pukul 17.30 sampai dengan 21.30 WIB. Di penghujung acara, Wiwien menyelipkan kata-kata penyemangat bagi Anggota Agumapi.

Seseorang yang rajin menulis, mentalnya akan sehat. Menulis bagi psikis seseorang ibarat tubuh yang berolahraga fisik. (ded/ded)

Ala Cinta Jadi Penulis

Yun Januari 04, 2017
www.irishtimes.com
PERGUMAPI.or.id--Ibarat anak muda yang sedang jatuh cinta, segala yang dirasa dengan mudah dapat disulap menjadi puisi atau  atau cerpen. Mengapa? Ya, karena sedang jatuh cinta. Begitulah prinsip menulis dari Momon Sudarman yang disampaikannya pada kuliah WA pada 4 Januari 2017 lalu. Guru MAN 2 Kota Bandung ini setidaknya telah menulis belasan buku, di samping karya tulis lainnya.  Jika penasaran dengan  karya-karya alumnus Pendidikan Geografi UPI dan Program Sosiologi Antropologi Unpad ini bisa menengoknya di dede.wordpress.com.

Lantas, apa yang dimaksud dengan  prinsip “CINTA” yang membuat orang bisa mendadak menjadi penulis? “CINTA” itu merupakan singkatan dari curhat, inspirasi, nekad, tekun dan ambisius. Nah, prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut.

Pertama, curhat. Jadikanlah gaya curhat dalam menulis. Prinsip curhat itu bisa diartikan bahwa kita menulis apa yang kita rasakan, pahami, pikirkan, dan orang lain diharapkan bisa memahaminya. Penelitan Tindakan Kelas (PTK) pun dapat dikategorikan mencurahkan apa yang kita rasakan dan lakukan.

Sebagai contoh, buku Profesi Guru (Rajagrafindo Press, 2013) dan Model Pembelajaran Geografi  (Ombak, 2015) karya Momon Sudarma merupakan pengalaman mengajarnya di MAN 2 Kota Bandung sebagai kasus yang kemudian diolah menjadi tulisan. Tulisan seperti Chicken Soup pun merupakan curhatan yang bisa menginspirasi orang lain. Hernowo mengistilahkannya sebagai gaya tulisan personal.

Kedua, inspirasi dari intern. Maksudnya biar impresif/berkesan. Kita menulis apa yang kita rasakan.

Ketiga, nekad. Jangan ragu. Supaya berhasil, harus nekad memulai. Tugas penulis adalah menulis, sementara pembacalah yang mengapresiasi. Jika kita sibuk memikirkan karakter tulisan kita, maka dikhawatirkan tulisan tidak akan selesai. Jadi, prinsipnya, menulis saja.

Keempat, tekun. Kalau memang cinta, diulang-ulang saja (menulis) sampai berhasil. Misalkan saja, kita dapat menargetkan menuliskan minimal satu curhatan, tanpa memperhatikan jumlah halaman.

Kelima, ambisius. Untuk meraih hasil yang baik harus semangat, gigih.

Selain kelima kiat tersebut, apakah mood itu penting? Mood itu penting. Akan tetapi, menurut Momon, jika sudah namanya cinta, setiap saat mood akan hadir dengan sendirinya.

Siska Yuniati
Moderator dan Guru MTs Negeri 3 Bantul