Resensi: Doa sebagai Pelabuhan Harapan

September 05, 2018
Rabu, 05 September 2018
Proumedia.co.id
Oleh Yeti Islamawati

Judul: Berdoalah untuk Urusan Apa pun
Penulis: Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit: Pro-U Media, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2017
Tebal: 236 halaman
ISBN: 978-602-7820-69-2

KETIKA manusia berada pada kondisi sulit dan di titik nadir, serta merta muncul rasa penuh harap pada yang Maha Segalanya. Harapan itu bernama doa. Setiap muslim memiliki senjata ampuh, yaitu doa. Sesungguhnya, doa itu adalah ibadah. Memperbanyak doa akan mendatangkan kebaikan. Sebaliknya, merasa cukup lalu menjauhkan diri dari berdoa kepada-nya merupakan kesombongan. Jika menyombongkan diri di hadapan manusia saja tercela, maka apalagi menyombongkan diri di hadapan Allah, terhadap Allah.

Firman Allah dalam Q.s. Al-Mu’min ayat 160, “Berdoalah kepada-Ku. Niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Sebagian doa, Allah segera kabulkan. Sebagian Allah tangguhkan berdasar kebijakan-Nya. Sebagian dijadikan simpanan sebagai simpanan pahala. Maka mintalah yang terbaik dan yang berlimpah barakah hingga Yaumil Qiyamah. Dan janganlah tergesa-gesa dengan doamu. Jika Allah tangguhkan pengabulan doamu, maka di sisi Allah tentang apa yang paling baik kesudahannya bagimu. Selebihnya, periksalah dirimu barang kali ada penghalang terkabulkannya doa. Ada beberapa perkara yang menjadikan doa seseorang tertolak (halaman 66).

Doa yang diterima adalah doa yang iklas dan menggunakan cara yang benar. Serta menjauhi dari doa yang dilarang. Salah satunya yaitu tidak boleh berdoa dengan memerinci permohonan secara detail. Seolah Allah yang Mahatahu, tidak mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Seakan khawatir Allah mengabulkan doa tak sesuai skenario kita. Hal tersebut termasuk perkara berlebih-lebihan dalam berdoa. Terjatuh pada sikap berlebihan terlalu yakin pikian kita yang terbaik.

Tidak tercela kita berdoa meminta rezeki, tapi janganlah melampaui batas dengan merinci-rinci seraya memvisualisasi misalnya, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berikanlah aku mobil SUV terbaru yang matic, warnanya hitam 4000cc seperti digambar ini..” Hal tersebut merupakan adab yang buruk (halaman 75).

Selain itu, terdapat doa yang tidak sopan. Berdoa tetapi malah mengandung unsur menyombongkan diri. Yakin doanya pasti akan di dikabulkan. Tentu saja sebagai makhluk Allah, tidak boleh memastikan doa terkabul. Termasuk doa yang tidak sopan adalah doa yang memaksakan kehendak. Minta cepat-cepat dikabulkan. Padahal Allah yang paling mengetahui kapan sebaiknya doa dikabulkan.

Dalam berdoa, harus memerhatikan adapnya. Bagaimana adap berdoa? Panjatkan doa tiga kali sedapat mungkin menghadap kiblat. Angkatlah kedua tangan, sejajar dengan pundak menghadap ke arah wajah, berdoa dalam kedaan suci lebih utama. Melakukan doa hanya untuk memohon kebaikan bagi diri sendiri maupun sesama mukmin dan bukan mendoakan keburukan. Dahulukan dan utamakan doa atas perkara-perkara yang utama dalam agama, terlebih saat berada di tempat-tempat mustajabah. Bersikaplah tadharru’, khusyu’, raghbah (penuh pengharapan agar doa dikabulkan), dan rahbah (amat takut doa tidak dikabulkan) tatkala memohon kepada Allah. Tidak sombong kepada Allah dengan menganggap doa kita pasti akan selalu dikabulkan disebabkan oleh cara kita dalam berdoa (halaman 55-56).

Hendaknya dalam berdoa, bertawakallah kepada Allah, bukan kepada tempat. Memang ada tempat-tempat yang mustajabah untuk doa, tetapi ingatlah Allah jua penentunya.

Berdoalah untuk urusan apapun. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hendaklah salah seorang dari kalian senantiasa meminta kebutuhannya kepada Rabbnya, sampai pun ketika meminta garam, sampai pun meminta tali sandalnya ketika putus.” (H.r. At Tirmidzi)

Allah senantiasa dalam kesibukan, setiap saat, setiap detik, bahkan ketika kita sangat santai atau terlelap tidur. Allah senatiasa sibuk, tapi tak pernah kewalahan, mendengarkan, dan memenuhi yang Dia penuhi dari doa hamba-hamba-Nya. Dialah DzatYang tak pernah bosan mendengar doa hamba-hamba-Nya. Maka patutkah kita bosan meminta kepada-Nya?

Apalagi di dalam kehidupan seperti sekarang yang penuh silang sengkarut, sudah seharusnya kita memanjatkan doa. Berdoa sebagimana doa yang setiap saat kita baca dan kita mohonkan dalam shalat, “Tunjukilah kami jalan yang lurus,, (yaitu) jalan orang-oang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Q.s. Al Fatihah: 6-7).

Marilah kita senantiasa berdoa kepada Allah, dengan ikhlas dan tata cara yang benar. Semoga Allah menjaga kita agar senantiasa berada di jalan yang Allah ridhoi. Mintalah Sepenuh hati seraya bersungguh-sungguh menyempurnakan tawakal.

Yeti Islamawati adalah anggota Pergumapi dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Resensinya pernah dimuat di Koran Jakarta, Harian Bhirawa, Kedaulatan Rakyat, Singgalang, Tribun Jateng, Kabar Madura, Radar Surabaya, Radar Sampit, Radar Cirebon, Padang Ekspres, Singgalang, Koran Pantura, serta Majalah Auleea.

Thanks for reading Resensi: Doa sebagai Pelabuhan Harapan | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 komentar on Resensi: Doa sebagai Pelabuhan Harapan

Posting Komentar