Catatan tentang Kunjungan Pergumapi ke Kementeran Agama Republik Indonesia

Yun Juli 19, 2018
Yun
Kamis, 19 Juli 2018
Dari kiri: Siska Yuniati, Najmah, Rina Harwati
SELASA malam (10/07), saya, Bu Shofi, Bu Septy, Bu Rina, Bu Nur Khasanah Rahmawati, serta Pak Pujarsono berangkat dari Jogja menuju Jakarta. Lewat WAG, kami tahu bahwa beberapa teman yang berasal dari provinsi-provinsi lain sudah dalam perjalanan sejak siang tadi menuju tempat yang sama. Perjalanan ini saya anggap tidak kalah heroiknya dengan gempita Perancis melawan Belgia di ajang Piala Dunia yang tayang malam itu. Tujuan kami, yaitu sowan ke Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kemenag RI, tak lain untuk memperkenalkan diri sekaligus menjalin kerja sama yang sinergis untuk perkembangan Pergumapi.

Tak ubahnya para pemain sepak bola, kami terus berkoordinasi. Kami bagi-bagi tugas. Bu Septy jauh-jauh waktu sudah pesan seragam batik juga mendistribusikannya untuk para pengurus. Bu Najmah aktif berkoordinasi dengan Kasubbag Tata Usaha GTK Madrasah Kemenag RI, Pak M. Sidik Sisdiyanto, S.Ag. Pak Ogi dengan cekatan menyiapkan segala keperluan surat-menyurat ke Kemenag RI juga ke Kanwil Kemenag serta madrasah para pengurus yang akan turut audensi. Bu Eza di tengah-tengah kesibukannya menyempatkan diri mengedit program kerja tiap-tiap bidang sekaligus menyiapkan proposal. Sementara itu, Bu Shofi dan Bu Rina siap merilis berita.

Dari DIY sendiri, Bu Nur Hasanah Rahmawati merelakan diri menenteng tas berisi buku-buku pendamping (buping) yang ditulis oleh anggota Pergumapi. Bu Ayu, kendati tidak dapat menyertai, menitipkan pesan-pesan untuk disampaikan ke GTK. Tidak hanya itu, Bu Ayu juga menyediakan “amunisi” makanan yang banyak untuk perjalanan kami. Pada akhirnya “amunisi” dari Bu Ayu menyertai rute kami dari Pasar Senen-Istiqlal-Kemenag RI. Baru habis tatkala dinikmati bareng-bareng dengan pengurus yang lain.

Dalam catatan ini, tidak dapat saya sebutkan satu-satu peran para pengurus. Paling pasti kami saling melengkapi. Para pengurus yang tidak dapat hadir karena urusan yang tidak bisa ditinggalkan tetap memberi dukungan dengan menyumbang saran dan tetap aktif berkomunikasi. Kami saling oper “bola” untuk mengegolkan misi Pergumapi. Saya pribadi sangat kagum dengan perjuangan kawan-kawan Pergumapi, termasuk masalah seragam. Rupa-rupanya masing-masing individu sukses merayu tukang jahit agar seragam selesai sebelum tanggal 10 Juli. Tentang seragam, insyaallah ada catatan tersendiri, yang kapan-kapan bisa saya tuliskan.

Pagi hari Rabu (11/07), kami sampai di Jakarta. Titik kumpul kami adalah Masjid Istiqlal dengan pertimbangan dekat dengan Kemenag RI serta dapat menjadi tempat transit yang nyaman. Sebelum Subuh, kami sudah berdandan rapi lengkap dengan seragam baru. Usai salat, kami berbincang-bincang tentang Pergumapi juga banyak hal yang akan kami sampaikan ketika nanti berada di Kemenag RI. Sesekali kami juga bercanda akrab dan tidak lupa mengambil gambar dengan berbagai gaya.

Berdasarkan surat yang diajukan ke GTK Madrasah, audensi akan dilaksanakan pada pukul 10.00--12.00 WIB. Masih ada waktu beberapa saat untuk sarapan dan beristirahat. Saya sendiri sudah bisik-bisik dengan Bu Shofi untuk menikmati nasi pecel di depan masjid. Di tengah-tengah obrolan, kami mempertimbangkan untuk dapat bertamu ke direktorat lain, seperti yang pernah diusulkan Bu Anita. Kami berhitung dengan waktu semoga semua bisa terlaksana, mengingat permohonan yang kami ajukan kemarin hanya untuk GTK Madrasah.

Bu Najmah dengan senyum renyahnya menghubungi Kasubdit Kesiwaan, Bapak Abdullah Faqih, M.A., M.Ed. Di luar dugaan, Pak Faqih menyilakan kami untuk bertandang ke ruangan Beliau pagi itu juga. Sekilas saya lirik jam tangan. Jarum panjang belum menunjukkan angka tujuh. Kami pun bergegas menuju ke Kemenag RI. Saya, Bu Najmah, dan Bu Syafa duluan berjalan kaki menuju kantor Kemenag RI. Kami khawatir Pak Faqih terburu ada agenda lain. Teman-teman yang lain akan segera menyusul sebab di antara kami masih ada yang menunaikan salat Duha juga ada yang masih di kamar mandi.

Di ruangan Pak Faqih, saya dan Bu Najmah menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan tim Pergumapi. Bu Syafa, bak wartawan profesional sibuk “cekrak-cekrek” mengambil gambar dari segala sudut. Kami sampaikan bahwa teman-teman akan segera menyusul, ada dua puluh orang dari Pergumapi yang turut serta. Setelah menyebutkan angka, saya dan Bu Najmah berharap teman-teman yang masih berada di Istiqlal segera merapat. Setengah jam berlalu, belum ada tanda-tanda kedatangan teman-teman. Kami terus menunggu sambil menyampaikan program-program Pergumapi kepada Pak Faqih.

Baru beberapa saat kemudian ada foto di WAG bahwa teman-teman baru turun dari  mobil. Saya dan Bu Najmah saling pandang. Rupa-rupanya teman-teman menggunakan jasa taksi untuk mencapai gendung Kemenag RI yang letaknya bersebelahan dengan Masjid Istiqlal. Alhasil jalannya memutar dan lebih banyak waktu yang digunakan.

Pak Faqih sangat ramah menyambut kami, terlebih ketika teman-teman yang lain mulai bergabung. Kami yang semula diterima di ruang tamu Kasubid Kesiswaan, diminta pindah ke ruang kerja Beliau. Kami pun nyaman berbincang. Pak Faqih mengharapkan Pergumapi mampu "tampil beda” dari organisasi lain. Terlebih, Pergumapi mengkhususkan diri pada bidang literasi. Ada beberapa pesan dari Pak Faqih untuk Pergumapi, yaitu untuk mengusai IT. Bagaimanapun saat ini sudah memasuki era disrupsi, di mana perkembangan IT begitu pesat. Pergumapi dapat memanfaatkan medsos untuk mengunggah karya-karya anggota sehingga bisa dimanfaatkan secara lebih luas.

Foto bersama setelah audiensi dengan Pejabat Subdit Kesiswaan.
Hal lain yang dipesankan Pak Faqih adalah untuk membuat karya-karya buku yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan Alquran. Tak kalah pentingnya adalah karya buku dengan memasukkan "standar PISA" agar siswa madrasah dapat meningkat literasinya. Di samping itu, jika memungkinkan juga melakukan pelatihan-pelatihan dengan menggandeng media massa yang sudah besar agar memperoleh ilmu dari ahlinya. Pak Faqih juga berpesan agar Pergumapi terus berkarya tanpa meninggalkan tugas utamanya sebagai guru.

Hampir dua jam kami berbincang dengan Pak Faqih. Waktu menunjukkan angka sembilan lebih. Kami undur diri dan segera menuju ke GTK Madrasah. Mengingat jumlah kami yang banyak, kami diarahkan untuk menempati ruang pertemuan KSKK Madrasah di lantai enam. Kami diantar oleh Pak Jamaludin, staf Subdit Kurikulum yang lebih dikenal dengan Pak JE bin Abdullah. Pak JE ini terkenal sebagai penulis novel Kafillah Al-Fatihah. Novelnya pun siap difilmkan. Luar biasa, ya?

Pak JE menemani kami sebelum perwakilan dari Direktorat GTK Madrasah hadir. Pak JE yang lulusan Pondok Pesantren Darussalam Gontor tersebut mempersilakan kami memperkenalkan diri satu per satu. Ruangan pun bertambah ramai ketika teman-teman yang lain bergabung. Ada Bu Kazma beserta putrinya yang jauh-jauh dari Sulawesi Selatan. Bu Eza yang baru saja melakukan penerbangan dari Bengkulu. Pak Ogi beserta rekannya, juga Pak Ruba dan Bu Tati langsung dari Bandung. Tak lama kemudian, Bu Nuraedah dari Sulawesi menyusul dengan senyum cerianya. Tidak ketinggalan Pak Bambang Sukarnoto dari DKI. Terakhir saya baru sadar kalau Ibu Murdaning dari Kulonprogro sudah hadir. Bu Daning sengaja tidak bareng rombongan DIY karena Beliau datang beserta bayi dan anggota keluarga yang lain. Ada juga Bu Sakti dari Tulungagung. Total ada delapan belas orang yang hadir. Ada dua pengurus yang tidak dapat merapat karena keadaan yang tidak memungkinkan. Semoga lain waktu dapat turut serta.

Suasana audiensi pengurus Pergumapi dengan Pejabat GTK Madrasah.
Di GTK kami diterima oleh Kasi Bina Guru MA, Dra. Hj. Faizah, M.Pd., Kasi Bina Kependidikan MA, Drs. Imam Sayogyo, M.Pd., dan Kasi Bina Tenaga Kependidikan MI dan MTs, Syahrul Sobirin, S.H., M.Ag. Sayang sekali Direktur Direktorat GTK Madrasah, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. sedang tidak berada di tempat. Beliau ada acara bersama Bapak Menteri Agama. Meskipun demikian baik Bu Faizah, Pak Imam, serta Pak Syahrul menanggapi kami dengan baik.

Selain memaparkan Pergumapi beserta program-programnya, kami juga melakukan dialog. Hasil yang dapat kami rangkumkan adalah bahwa GTK mendukung adanya Pergumapi. Harapannya, Pergumapi dapat meningkatkan kualitas guru untuk menulis karya ilmiah sehingga lebih mudah untuk memenuhi angka kredit. Dari Pergumapi sendiri, meminta dukungan secara kelembagaan kepada GTK agar keberadaan Pergumapi semakin eksis. Berkenaan dengan kelembagaan, Pak Syahrul meminta kami agar juga bersilaturahim dengan Direktorat Kurikulum, Sarana Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah.

Foto bersasama Pengurus Pergumapi dengan Pejabat GTK Madrasah.
Audiensi ditutup dengan sesi foto bersama, juga penyerahan buku-buku karya anggota Pergumapi serta kenang-kenangan dari Pergumapi. Setelahnya kami makan siang bersama. Asyiknya di sini. Bukan menu makan siangnya, melainkan Pak Imam dan dan Pak Syahrul masih berkenan menemani kami dan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan kami.

Dari GTK, kami pun meluncur ke ruang KSKK. Kepala Subdit Kelembagaan dan Kerjasama, Bapak Drs. H. Irhas Sobirin dan Kasi Kelembagaan dan Kerjasama MI dan MTs, Bapak Zulkifli, S.Ag., M.Pd. menemui kami. Beliau berdua tidak kalah hangatnya memberi sambutan. Pak Zulkifli sangat mengapresiasi adanya Pergumapi. Bagaimanapun kenyataan di lapangan sulit untuk menemukan guru yang mau menulis. Oleh karenanya Pergumapi mempunyai peran yang strategis untuk mengembangkan kegiatan literasi di kalangan guru. Pak Zul, demikian sapaan akrab Beliau, siap bekerja sama dengan Pergumapi, semisal proyek penulisan buku inspiratif.

Demikian juga Pak Irhas Sobirin, mengingat sebuah organisasi perlu pendanaan, beliau mengusahakan dapat menganggarkan dana untuk kegiatan bersama Pergumapi. Alhamdulillah... semoga terealisasi.

Sebelum kami meninggalkan ruangan, kami sempatkan diri untuk berfoto bersama. Kali ini dengan gaya nyantai dan tidak lupa pamer senyum.

Setelah dari KSKK Madrasah lantas ke mana? Ajaib, para pengurus Pergumapi sudah mempunyai jadwal masing-masing. Ceritanya sambil menyelam minum air. Pak Ogi, langsung ke lantai tujuh karena ada urusan dengan akreditasi kampus yang beliau rintis. Bu Najmah dan Bu Kazma masih ada pembicaraan dengan Pak Jamaludin dan Pak Faqih. Bu Nur Hasanah, Bu Shofi, dan Bu Rina menemui Pak Muhtadin. Saya sendiri bersama Bu Eza dan Bu Karti menuju lantai tiga ke bagian Kepegawaian. Pengurus lain, sudah ada janjian dengan kerabat dan jadwal berbeda. Demikianlah, dalam waktu sekejap kami sudah berpencar kembali.

Ah, memang begitu singkat. Inginnya ada pertemuan setelah dari Kantor Kemenag RI. Akan tetapi, apa daya. Teman-teman Pergumapi memang orang-orang sibuk. Saya sangat bersyukur di sela-sela kesibukan tersebut teman-teman masih mau dan mampu berbagi waktu untuk Pergumapi.

Sebelum kembali ke Jogja, saya, Bu Shofi, Bu Rina, Bu Nur Hasanah, Pak Pujar, Bu Najmah, dan Bu Syafa meluangkan waktu mampir ke kota tua dan Perpustakaan Nasional RI. Adapun Bu Septy sudah dijemput adiknya. (sayang sekali tidak bisa ikut jalan-jalan). Sore menjelang, museum di kota tua sudah tutup. Namun, masih ada yang bisa kami nikmati, yaitu keramaian kota tua dan semangkuk bakso dan air jeruk panas. Tentu saja kami melakukan groufie. Sebagai pengarah gaya Dr. Najmah. Fotografer Bapak Pujarsono. He.. he...

Bu Najma dan Bu Syafa dengan mobil dinasnya. Hehe
Dalam perjalanan pulang saya pribadi merasakan kelegaan luar biasa. Barangkali sama leganya dengan yang dirasakan tim penyelamat yang berhasil mengeluarkan 12 remaja Thailand dan pelatihnya yang terjebak di dalam Gua Tham Luang selama dua pekan lebih.

Kurun waktu setahun capaian Pergumapi meliputi (1) mempunyai badan hukum, SK Menhumkan RI nomor AHU-0006654. AH.01.07.Tahun 2018, NPWP dan rekening atas nama Pergumapi, (2) seminar di Tulungagung dan Banjar, (3) pelatihan menulis di Malang, (4) pelatihan pengelolaan website, (5) pembuatan website, IG, Twiter, Facebook, (6) launching website dengan satu bulan penuh untuk menulis, (7) pemberian penghargaan penulis produktif dalam rangka launching website, (8) penerbitan buku Merah Putih Sertifikasi dan Repertoar Perempuan, (9) penerbitan buping kerja sama dengan penerbit mayor, (10) kuliah daring, dan lain-lain.

Belum banyak memang yang sudah dilakukan dan pekerjaan rumah masih menunggu. Oya, saya pribadi sangat berterima kasih kepada teman-teman pengurus, juga teman-teman anggota Pergumapi yang banyak memberikan dukungan. Terima kasih juga kepada Bu Yeti yang nyangoni kami dengan jus kacang ijo. Bu Yeti tahu bahwa kami perlu asupan nutrisi yang banyak.

Saya juga memohon maaf, jika untuk kegiatan audensi ini masih banyak kekurangan. Barangkali banyak rencana yang tidak terlaksana dengan maksimal. Di antaranya Bu Sukarti yang sudah mempersiapkan diri untuk baca puisi menandai launching buku. Mohon maaf sekali, waktu jua yang tidak memungkinkan. Untuk Pak Ruba juga yang sampai ketinggalan kereta sehingga harus pulang dengan moda lain. Juga untuk bapak/ibu anggota pergumapi, mohon maaf belum bisa menyertakan Bapak/Ibu. Semoga lain waktu segera ada kegiatan yang melibatkan seluruh anggota pergumapi.

Oya, sampai saat ini anggota Pergumapi sudah tersebar di dua belas provinsi di Indonesia. Semoga seiring bertambah banyak anggota, karya Pergumapi kian banyak pula.

Terakhir, menuliskan catatan ini penting. Seperti yang diwejangkan pak Faqih, Imam Syafei mengatakan bahwa ikatlah ilmu dengan tulisan. Jadi, di antara ramainya media mengulas pertandingan final Piala dunia Perancis vs Kroasia, saya gerakan tangan ini untuk membuat catatan sederhana ini. Semoga bermanfaat. Salam Pergumapi.

Bantul, 15 Juli 2018.
Siska Yuniati

Thanks for reading Catatan tentang Kunjungan Pergumapi ke Kementeran Agama Republik Indonesia | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

2 komentar on Catatan tentang Kunjungan Pergumapi ke Kementeran Agama Republik Indonesia