Dilema WFH dan LFH di Tengah Corona

Mei 27, 2020
Rabu, 27 Mei 2020
Gambar kegiatan belajar siswa di rumah

Dharma Harfin
Anggota Perkumpulan Guru Madrasah Penulis

Pergumapi.or.id--Istilah Work From Home (Bekerja Dari Rumah) dan Learn Form Home (Belajar Dari Rumah) mendadak menjadi trending topic seiring merebaknya  coronavirus disease 2019 (covid-19). Covid-19 kini menjadi pandemi yang sangat serius dan berbahaya di seluruh penjuru dunia karena telah merenggut ribuan nyawa. Pencegahan meluasnya virus corona kini telah menjadi prioritas utama di beberapa negara, termasuk indonesia.

Di Indonesia sendiri Presiden Joko Widodo pun menginstruksikan masyarakat indonesia untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. “Saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah” ucap Jokowi di Istana Bogor (Minggu,15/03/2020. Kompas.com). ini merupakan langkah strategis unuk memerangi wabah covid-19 dengan lebih maksimal.

Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim telah mengeluarkan surat edaran No.4 Tahun 2020 tanggal 24 Maret 2020, salah satu kebijakannya yaitu menetapkan bahwa belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh (https://www.kemnedikbud.go.id.blog). Dengan demikian tidak akan terjadi tatap muka antara guru dengan siswa.

 Segala kegiatan yang mengundang keramaian, kerumunan, dan interaksi sudah mulai di blokade termasuk bersekolah. Kegiatan sekolah kini telah diliburkan hingga beberapa minggu kedepan. Namun, jika kegiatan bersekolah sudah diliburkan untuk sementara, lalu bagaimana dengan nasib pendidikan negara ini yang tengah dirundung dilema selama wabah corona?

MTs. Al-Falah Arungkeke sebagai salah satu madrasah swasta juga telah menetapkan kebijakan kepada guru dan tenaga kependidikan agar tidak harus hadir di madrasah mengingat seluruh siswa juga telah ditetapkan melakukan pembelajaran tanpa tatap muka.  Hal ini disampaikan oleh Kepala MTs. Al-Falah Arungkeke pada rapat koordinasi setelah pelaksanaan UAMBN MTs pada tanggal 19 Maret 2020 yang lalu. Pada kesempatan yang sama Ibu Kasmawati selaku Kepala Madrasah menyampaikan agar proses pembelajaran ataupun penyelesaian  urusan administrasi selama rentang waktu 8 minggu (23 Maret 2020 hingga 29 Mei 2020),  harus tetap berjalan dengan menggunakan sistem daring. 

Imbauan WFH (Work From Home) atau  bekerja dari rumah dan LFH (Learn From Home) atau  pembelajaran dari rumah  memaksa siswa maupun guru merubah pola pembelajaran baik pada level Play Group (PG) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Namun seiring berjalannya waktu, dengan perpanjangan WFH dan LFH hingga 29 Mei 2020, memunculkan berbagai dampak di keluarga antara lain, pertama : anak mulai bosan, jenuh, bahkan stress karena setiap hari hanya di rumah saja dan harus mengerjakan  tugas yang diberikan. Dari pagi hingga sore, anak-anak harus di depan laptop atau HP untuk berinteraksi ataupun mengerjakan tugas dari guru, kedua : semakin membengkaknya anggaran dana untuk memenuhi kebutuhan selama WFH/LFH, ketiga : Banyak orang tua, terutama ibu yang stress karena harus mendampingi anak-anak belajar setiap hari di rumah.

Apapun dampak dari WFH dan LFH yang diberlakukan pemerintah setidaknya menjadi momentum bagi kita untuk bertafakur (merenung diri) yang di tindak lanjuti dengan bekerja dan berkarya. Satu risalah Nabi Muhammad SAW,  yang patut dicermati dikala krisis pandemi yang memberi solusi  dengan berpedoman “Jika engkau mendengar wabah/pandemi di suatu tempat maka engkau jangan ke sana, jika menimpa ditempatmu janganlah keluar, yang sakit jangan dicampur dengan yang sehat, serta jangan melakukan hal mudharat dan menimbulkan kemudharatan” (HR.Al- Bukhari 3473 dan Muslim 2218).

Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru-guru di MTs. Al-Falah Arungkeke selama WFH dengan memanfaatkan Whatsapp Group. Karena pengoperasiannya sangat sederhana dan mudah diakses siswa. Bagi sebagian  siswa yang memiliki  fasilitas teknologi dan koneksi internet sistem belajar jarak jauh tidak menjadi kendala. 

Namun, di sisi lain masih banyak siswa kita yang tidak bisa mengakses portal  daring karena terkendala fasilitas teknologi dan koneksi internet. Oleh karena itu guru harus lebih kreatif dan dengan penugasan yang menyenangkan, guru bisa melengkapi keterbatasan peserta didik dengan mengunduh materi secara online dan belajar dilakukan lewat pemberian tugas. Tugas  yang diberikan tidak selalu mengerjakan soal, tetapi dengan kreativitas lainnya yang justru menimbulkan semangat dan mengasah rasa ingin tahu peserta didik, misalnya penugasan praktek berupa percobaan membuat hand sanitizer di rumah dengan bahan yang sederhana, lalu proses dan hasilnya di foto.

Suka duka selama WFH dan LFH bermacam-macam, namun nilai positif LFH adalah anak-anak akan lebih paham dengan teknologi dan memiliki lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga dan mendekatkan hubungan emosional antara orang tua dan anak. WFH, mungkin adalah cara Tuhan Yang Maha Kuasa untuk meningkatkan keharmonisan keluarga kita sekaligus menguji integritas kita sebagai guru. Semoga bangsa ini segera terbebas dari wabah corona dan kondisi negeri kembali seperti sediakala. (*)

Catatan:
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Artikel Pergumapi 2020. Panitia tidak melakukan penyuntingan, isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Thanks for reading Dilema WFH dan LFH di Tengah Corona | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

9 komentar on Dilema WFH dan LFH di Tengah Corona

  1. Ada hikmah yg bisa di ambil dari setiap peristiwa
    Daun yg jatuh ketanah pun ada guna nya

    BalasHapus
  2. Keren,di kondisi pandemi seperti skrg ini msh bisa berbagi utk hal positif

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah terus kirim berita berita positif ya

    BalasHapus
  4. Keren goresannya, mudah-mudahan dengan pembelajaran daring 100 peesen anak -anak dapat mengikuti

    BalasHapus
  5. mantap, teruslah berkarya. semangat.......!

    BalasHapus