Covid-19 Mengubah Nyata Menjadi Maya

Mei 27, 2020
Rabu, 27 Mei 2020

Situasi KBM kelas nyata.

Eni Siti Nurhayati
Anggota Perkumpulan Guru Madrasah Pnulis

Pergumapi.or.id--Penulis sudah melakoni menjadi guru dengan status PNS sejak 1 Maret 1999. Guru senior, kalau boleh menyombongkan diri. Senior dalam lamanya masa kerja maksudnya. Selain mengabdikan diri sebagai guru dalam menjalani tupoksinya, apa saja yang sudah penulis peroleh selama kurun waktu selama itu? Wow, yang jelas penulis mendapatkan jaminan finansial secara ajeg dan kontinyu, menjadi sosok yang dituakan, diajeni, bahkan menjadi tokoh masyarakat. Menjadi guru merupakan sebuah ladang amal yang berimplikasi positif dalam banyak hal. 

Namun, semua kebanggaan di atas tercabut secara paksa sejak adanya pandemi Covid-19! Bagaimana tidak, penulis yang selama ini berada dalam zona nyaman dengan segala aktivitas mengajar dunia nyata, harus bersegera mengajar secara daring. Work From Home. Mengajar lewat dunia maya? Bagaimanakah itu? Sehari dua hari di awal WFH, penulis limbung secara psikis. Untunglah saat itu sedang berlangsung UMBK, sehingga kelas 7 dan 8 tidak ada KBM karena berstatus libur ujian madrasah. Dalam masa pancaroba tiga hari itu, penulis terngiang guyonan tiap kali ada pergantian tahun ajaran baru. “Tahun boleh berjalan terus, peserta didik boleh berubah, kurikulum boleh berganti, tapi aku masih setia di sini.” Iya, penulis setia dengan aktivitas yang berpola sama dari waktu ke waktu. 

Omong punya omong dengan teman sejawat lain, inspirasi yang muncul pertama kali untuk mengejawantahkan pembelajaran daring adalah mengajar dengan sistem mengirim tugas kepada peserta didik melalui salah satu akun media sosial. Gampang dan tidak ribet. Realisasi WFH penulis model awal seperti ini, pagi hari, penulis menulis pesan yang berisi tugas untuk dikerjakan kepada peserta didik melalui grup kelas. Setelah beberapa saat, peserta didik mengirim foto hasil pekerjaannya melalui grup itu juga. Lancarkah? Secara umum bisa dikatakan lancar.  Sebab, tanpa disuruh, peserta didik yang tidak memiliki gawai bersegera merapat kepada teman terdekat untuk mengerjakan tugas. Bagaimana untuk menjelaskannya? Penulis merekam suara atau suara dan gambar untuk dikirim ke grup.

Seminggu, dua minggu, sistem WFH seperti itu ternyata harus diakhiri dengan munculnya e-learning madrasah. Apakah itu? Bisa jadi seluruh guru selain penulis sudah memahaminya, namun penulis memang tergolong orang super. Super lelet untuk meng-update dan meng-upgrade kompetensinya!

Beruntunglah penulis memiliki kepala madrasah yang sangat care, peduli, dengan kejahiliyahan penulis. Penulis diarahkan untuk mengikuti sebuah pelatihan daring tentang e-learning yang diadakan oleh Edutech Madrasah pada tanggal 28 s.d. 31 Maret 2020. Pelatihan berbasis online tersebut penulis sambut dengan rasa pesimis dan ketakutan luar biasa akan kegagalannya. 

Berbekal mengesampingkan rasa malu, penulis mengikuti kegiatan tersebut di sebuah warnet, gegara tautan gawai tidak bisa digunakan untuk mengikuti pelatihan. Jaringan lemah! Dengan pendampingan pemateri jarak jauh, dengan bimbingan step by step oleh petugas warnet, penulis pun bisa mengakhiri pelatihan dengan predikat lulus. 

Kini, sejak 6 April 2020, penulis mengajar melalui e-learning madrasah. Penulis di terlahir kembali sebagai guru yunior, pemula dalam hal baru, yang masih saja mengganggu para guru muda di madrasah tiap kali ada masalah yang muncul dalam KBM daring. Secara faktual, KBM berbasis e-learning belum bisa dijalankan secara maksimal mengingat kondisi wilayah madrasah yang berada di perdesaan. Sebagai contoh, tiap kali jam mengajar penulis, peserta didik yang bisa login dan beraktivitas di kelas maya tersebut berkisar sepertiga atau paling banyak separuh warga kelas. Secara dini, penulis menyimpulkan bahwa kendala jaringan menjadi faktor utama dalam sulitnya membuka link e-learning. Di samping itu, banyak sedikitnya ram gawai juga berpengaruh terhadap mudah susahnya mengakses jaringan. Dan satu lagi, gawai yang penuh dengan aplikasi, juga teramat susah untuk digunakan. 

Ketiga hal di atas penulis simpulkan setelah penulis berjumpa langsung beberapa peserta didik guna melihat kendala apa yang muncul ketika mereka kesulitan untuk login e-learning. Bagaimana solusi untuk sementara ini? Penulis mengajar dalam dua model. Untuk yang bisa login, bisa berinteraksi dengan penulis di kelas maya. Sedangkan bagi yang tidak bisa login tetap mengerjakan tugas dan berinteraksi dengan penulis di grup.

Pembaca tidak usah membayangkan bagaimana ribet dan ributnya penulis ketika melakoninya. Tidak ada masalah. Penulis senantiasa mengedepankan rasa syukur bahwa hingga detik ini masih diberi nikmat sehat untuk menjalani WFH. Jadi, jangan heran jika dalam detik yang sama jari penulis berlarian dari beberapa grup ke beberapa kelas e-learning dengan senyum bahagia. Luar biasa pokoknya!
***
Tiada kata seindah doa. Penulis juga sangat berterima kasih telah diperkenankan bergabung dalam wadah Pergumapi, forum ini senantiasa menyulut api semangat saat kefakiran ilmu mendera tiada henti. (*)

Catatan:
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Artikel Pergumapi 2020. Panitia tidak melakukan penyuntingan, isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Thanks for reading Covid-19 Mengubah Nyata Menjadi Maya | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

3 komentar on Covid-19 Mengubah Nyata Menjadi Maya

  1. Tulisan yang menginspirasi,Bu. Sukses selalu.

    BalasHapus
  2. Bunda Sukarti, barakallah jua tuk Pergumapi. Gunging panuwun apresiasinipun.

    BalasHapus
  3. Perjuangan seorang guru di masa pandemi...sungguh patut di acungi jempol. Meskipun work from home, dengan berbagai cara guru selalu mengedepankan kewajiban unt mendidik sehinggq
    siswa tetap mendapatkan haknya untuk belajar. Tulisan bu eny sungguh menginspirasi ..good job, sukses selalu bu eny

    BalasHapus