Cerpen: Tergoda

Mei 06, 2018
Minggu, 06 Mei 2018
Merdeka.com
Dian Komalasari
Anggota Pergumapi

Bagaimana tidak akan tergoda, kulitnya yang putih sungguh mempesona. Bahkan, harum semerbak dirinya pun dapat membangkitkan selera. Siapa pun yang telah berhasil menggenggamnya dan berinteraksi dengannya akan merasakan kepuasan, terpenuhi hawa nafsu kebutuhannya.

Begitu juga dengan diriku, telah berhasil menjadi budak hawa nafsunya. Dan yang sungguh kusesalkan mengapa aku harus terpesona dan terperosok dalam buaian cintanya sejak diriku masih belum cukup umur. Dan aku pun berusaha menyembunyikan semua itu dari keluargaku. Saking begitu mencintainya sampai-sampai diriku seperti pecandu yang telah berada pada tahap kesakauan jika tidak bertemu dengan dirinya. Sungguh keadaan ini begitu menyiksa diriku. Namun apa daya diriku telah terkungkung dalam buaian cintanya.

Akhirnya Allah pun memberikan teguran dalam hidupku atas apa yang telah kuperbuat. Dan akhirnya aku pun harus terbaring selama lima hari di rumah sakit. Hari demi hari dokter pun terus mengevaluasi dan berusaha untuk mendiagnosis apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuhku.

Aku pun muaranya memutuskan diri untuk berterus terang kepada dokter tentang apa yang telah terjadi pada diriku, dengan harapan dapat memudahkan dokter untuk menentukan diagnosis penyakitku dan aku terbebas darinya. Namun, jauh dari harapanku, seperti panggang jauh dari apinya. Setelah panjang lebar telah kupaparkan tentang apa yang terjadi dengan diriku, dokter pun tersenyum sinis dan tanpa basa basi dokter memvonis perbuatan yang sering kulakukan ini termasuk penyakit yang harus dihilangkan. Entah mengapa perkataan dokter pada waktu itu kurang menyentuh suasana batinku dan aku merasa kecewa dan terlecehkan.

Namun di akhir-akhir ini aku sering merenung, seandainya dokter tidak mengatakan aku berpenyakit pada saat itu, mungkin sampai detik  ini aku masih menjadi budaknya. Dan Alhamdulillah ini menjadi cambuk bagi diriku tuk meninggalkannya.

Sekarang aku berusaha untuk hidup senormal mungkin. Biarlah dia berlalu menjadi bagian dalam masa laluku. Aku harus berusaha dan terus berjuang membentengi diriku untuk tidak tergoda olehnya. Ya Allah, kuatkanlah dan lindungilah imanku tuk tidak tergoda olehnya. Dan aku pun berusaha untuk melupakan dan tidak berinteraksi dengan dirinya. Alhamdulillah dapat dikatakan aku sudah sembilan puluh persen terbebas darinya. Masih ada sepuluh persen lagi dia mempengaruhi hidupku. Ini terjadi terutama ketika di rumahku tidak ada siapa-siapa terutama anak sulungku. Mungkin karena memang imanku belum begitu kuat sehingga ketika tidak tersedia lagi nasi di rice cookerku, mau tidak mau aku harus membasuh tubuhnya dengan air dan mengelus-elus tubuhnya dan aku pun mulai tergoda walaupun hanya beberapa bulir saja. (*)

Thanks for reading Cerpen: Tergoda | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

2 komentar on Cerpen: Tergoda

  1. Waduh ibu ini sakau sama beras.. Memang sih, enak juga untuk "karuk"..😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum pernah merasakan makan beras. Takut sakau juga. Hehe. Ada kabar yang mengatakan bahwa khasiat memakan berasa cukup banyak. Hehe

      Hapus