Penerapan Budaya Membaca di Sekolah

Yun Februari 06, 2018
Yun
Selasa, 06 Februari 2018

PERGUMAPI.or.id--Budaya membaca di kalangan siswa belum sepenuhnya tercipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor dari luar adalah kurangnya penanaman pengetahuan akan pentingnya membaca maupun masih minimnya koleksi bacaan yang dimiliki oleh sekolah. Sementara itu, dari diri pribadi siswa belum tertanam sebuah pola atau keharusan membaca. Selain itu, motivasi membaca siswa masih rendah. Seperti data yang dicatat oleh UNESCO sebagai organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB tahun 2012 bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Itu artinya, pada setiap 1.000 orang hanya ada satu orang yang mempunyai minat membaca. Pendapat ini diperkuat pula oleh data yang dilansir Organisation for Economic Co-operation and Development

Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan bagi kaum pembelajar. Bertolak dari hal tersebut sesungguhnya perlu segera adanya usaha untuk mengatasinya. Seperti kita ingat sebuah slogan bahwa membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita dapat mengenal ilmu pengetahuan yang ada di dunia.

Membaca merupakan bagian dari kebutuhan masyarakat yang ingin maju, baik dengan tujuan memperoleh akses informasi maupun pengetahuan. Informasi yang berkaitan dengan peristiwa dunia, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak hanya diperoleh dari sumber lisan saja, tetapi juga dari sumber tertulis yang dicetak dan disebarluaskan melalui berbagai bahan bacaan.

Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh guna meningkatkan budaya baca siswa yaitu pertama, penanaman karakter membaca, seperti yang telah diterapkan di sekolah saya. Setiap satu minggu sekali disediakan satu sampai dua jam pelajaran pembiasaan membaca. Pada jam tersebut siswa diajak untuk membaca buku bacaan apa pun tanpa dibatasi jenis bacaannya. Pada awal penerapan pembiasaan membaca dimulai dengan membaca buku bacaan ringan. Pertemuan berikutnya ditingkatkan bobot bacaannya. Masing-masing kelas didampingi oleh dua guru pendamping yang ikut melakukan kegiatan membaca. Dengan diberi teladan oleh guru maka anak akan mengikuti apa yang dicontohkan, meski pada awalnya hanya sekadar melakukan kegiatan membaca saja tanpa berpikir apa isi bacaannya.

Pembiasaan membaca dilaksanakan secara berkelanjutan sampai selesai bahan yang dibaca. Kegiatan ini tidak berhenti ketika buku selesai dibaca. Akan tetapi, diadakan evaluasi membaca yang biasanya dilakukan dengan cara memberikan umpan balik berupa kegiatan tanya jawab mengenai isi buku yang telah dibacanya. Hal ini sekaligus sebagai salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap bahan bacaan.

Kedua, melengkapi koleksi bacaan di perpustakaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Zuchdi (1998 : 10) bahwa ketersediaan bahan bacaan merupakan faktor utama dalam upaya menciptakan suasana kondusif untuk membaca. Dari pendapat tersebut maka sangat penting bagi sekolah untuk melengkapi koleksi bacaan di perpustakaan agar merangsang minat siswa untuk membaca. Semakin bervariasi bahan bacaan yang tersedia maka semakin sering siswa berkunjung dan membaca buku di perpustakaan. Keberadaan perpustakaan sekolah sangat penting sebagai tujuan pertama para siswa memperoleh bahan bacaan.

Agar siswa tidak enggan datang ke perpustakaan maka perlu adanya pemberian reward bagi siswa terajin berkunjung dan membaca buku di tempat maupun meminjam buku untuk dibawa pulang. Sebagai daya tarik siswa agar mau mengunjungi perpustakaan bisa pula disediakan stiker-stiker bergambar dan bertuliskan kata-kata populer yang sesuai dengan minat para siswa. Hal lain yang bisa dilakukan dengan cara menyediakan beragam bacaan di atas meja yang biasa ditempati siswa untuk membaca. Bacaan yang disediakan adalah koleksi baru dan menarik yang bisa berupa majalah, tabloid, koran, maupun buku bacaan ringan yang tidak memerlukan daya analisis tajam dalam memahaminya.

Langkah ketiga, menyediakan sudut baca di sekitar sekolah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membangun gazebo atau joglo tempat membaca siswa. Penempatan sudut baca ini diletakkan di lokasi yang strategis dan biasanya dijadikan tempat favorit para siswa untuk sekadar duduk-duduk atau bercakap-cakap dengan temannya. Di sudut-sudut baca itulah disediakan bahan bacaan yang setiap hari sengaja diletakkan di atas meja sebagai jamuan membaca siapa saja yang menempatinya. Koleksi tersebut diambil dan diganti setiap pulang sekolah untuk diputar bergiliran di semua sudut baca.

Keempat,mengaktifkan keberadaan majalah dinding sekolah. Dengan dikemas dalam bentuk mading maka akan meminimalkan tingkat kebosanan siswa dalam membaca. Majalah dinding bisa diletakkan berdampingan dengan sudut baca maupun di perpustakaan dan di hall sekolah. Meski pada awalnya siswa hanya tertarik pada tampilan menariknya mading, lama-kelamaan siswa pun akan tertarik pula untuk membaca rubrik-rubrik yang ada di dalamnya. Pada waktu tertentu mading para siswa juga diikutkan dalam kompetisi atau perlombaan. Setelah dua atau tiga kali para siswa berhasil menang dalam perlombaan maka akan memacu dan memberi energi positif bagi mereka untuk meningkatkan aktivitas membacanya.

Keempat langkah di atas adalah beberapa alternatif yang bisa ditempuh dalam menumbuhkan budaya membaca pada siswa di sekolah. Dalam menerapkan empat langkah tersebut harus melibatkan seluruh unsur atau stake holder yang ada di sekolah. Tanggung jawab pelaksanaannya tidak hanya dibebankan pada guru, wali kelas, dan pustakawan saja tetapi seluruh elemen wajib berperan secara aktif dan bekerja sama agar semua langkah bisa terlaksana sesuai harapan. Terakhir yang perlu diingat bahwa penerapan kebiasaan membaca ini tidak serta merta bisa dirasakan hasilnya tetapi perlu proses yang cukup lama sehingga memerlukan keuletan, ketekunan, dan kesabaran dalam menerapkannya. Jika seluruh elemen sekolah bisa bahu-membahu dan bekerja sama dengan baik maka tidak mustahil kebiasaan membaca siswa akan terbentuk dengan sendirinya dan pada gilirannya kelak kita tinggal memetik hasilnya.

Rina Harwati, S.Pd., Guru MTs Negeri 7 Bantul, DI Yogyakarta
Dipublikasikan pertama kali di Harian Bernas edisi 8 Juni 2016.

Thanks for reading Penerapan Budaya Membaca di Sekolah | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

4 komentar on Penerapan Budaya Membaca di Sekolah