Diary Syafa: Memenangkan Hati Remaja (1)

Februari 20, 2018
Selasa, 20 Februari 2018
Slowparentingteens.com

Oleh Syafaatul Maulida
Guru MTs NU Pakis, Sekretaris Bidang Penerbitan Pergumapi

Rabu, 13 Februari 2018

Alhamdulillah pagi ini masih bisa menikmati udara gratis yang Allah berikan kepada saya dan semua orang di dunia ini.

Beberapa hari ini, pikiran saya penuh dengan memori saat di Kota Karawang, kota industri yang dahulunya terkenal sebagai lumbung padinya Indonesia. Saya tidak sendiri disana, saya bersama Bu Najmah, Bu Ika Ratmasari, dan Pak Askari. Tiga hari berada disana, kami banyak belajar dari tiga tempat sekaligus. Terutama yang paling membekas adalah sebuah seminar parenting tentang remaja yang disampaikan oleh Ibu Fauziah Fauzan El-Muhammady, pengasuh PP. Diniyah Putri Padang Panjang yang sudah terstandart Internsional.

Ah... berbicara soal dunia remaja memang mengasyikkan. Karena semua orang akan mengalami fase tersebut. Fase dimana perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Fase ini juga merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai percepatan perkembangan fisik, mental emosional, dan sosial.

Berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut.

1. Masa remaja awal/dini (adolescence), masa ini biasanya dimulai diusia 11 -13 tahun
2. Masa remaja pertengahan (midle adolescence), masa ini biasanya dimulai pada umur 14-16 tahun
3. Masa remaja lanjutan (late adolescence), masa ini biasanya dimulai pada umur 17-20 tahun

Uraian diatas merupakan konsep barat, tapi dalam konsep parenting islami hanya mengenal  2 masa, yaitu masa seblum baligh dan masa sesudah baligh. Dimana saat baligh, remaja sudah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kerana PFC (Pre Frontal Cortex) /akal remaja telah berfungsi dengan baik. Selain itu, dari beberapa ilmu yang saya dapatkan bahwa remaja di masa Balighnya sudah tuntas finansial. Bagaimana caranya? Caranya adalah kita sebagai orangtua harus menanamkan sejak dini. Tuntas finansial dimasa remaja membantunya untuk mapu bersaing secara global di masa dewasanya kelak, apalagi kita dan anak remaja kita hidup di masa milenial yang penuh tantangan dan persaingann ketat. Hal ini sebenarnya berbanding terbalik dengan paradigma orang Indonesia yang  berpandangan bahwa anak hanya berkewajiban untuk belajar. Memang sih kewajiban utama anak adalah belajar, tapi berwirausaha sejak dini juga bagian dari belajar lo... tidak melulu pelajaran di sekolah, kan? Nah kalau pun orang tua membiayai sekolah anak remaja, maka itu bernilai shodaqoh.

Oke.... Lanjut ya ke masa tumbuh-kembang remaja.

Lingkungan sekitar dimana remaja itu dibesarkan berpengaruh besar terhadap tumbuh kembangnya. Misalkan, didikan otoriter yang selalu menyalahkan anak. Maka ia akan tumbuh jadi manusia yang tidak PD, suka minder dengan orang lain. Dan  didikan permissif yang selalu memanjakan anak. Maka anak akan menjadi bossy. Anak akan semakin tidak PD ketika dia diluar lingkungan keluarganya, karena dia merasa diabaikan keberadaannya atau akan semakin bossy jika ia memiliki prestasi, dan punya sidfat sakit hati yang mendalam.

Apalagi ya? Aha... adalagi lo....

Kemajuan teknologi media cetak dan elektronik juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak remaja, banyak sekali media ini yang menyajikan  tayangan merusak seperti pornografi yang mudah diakses tanpa batas. Selain itu perekonomian global memberi pergeseran budaya dan kondisi sekolah dengan kualitas tenaga pendidik yang belum memadai dalam menghadapi remaja.

Kita sebagai orangtua juga harus mempersiapkan diri menghadapi anak yang memasuki usia remaja, yaitu:

1. Memahami dan mendengarkan setiap cerita mereka.

Dengan begitu kita bisa menjadi orang yang paling dipercaya oleh anak remaja kita. Kebiasaan saling terbuka membuat anak akan nyaman berada didekat keluarganya, terutama orang tua dari pada bersama teman-temannya. Maka kita akan sukses menjadi sahabat terbaik remaja. Eit.... bukan berarti tidak boleh berteman ya... tetep diperbolehkan kok. Karna itu kebutuhan sosial anak, asalkan pertemanan itu sehat. Artinya meberikan dampak positif bagi anak remaja kita.

2. Belajar

Jangan pernah berhenti belajar ya... Karna Allah pun menyuruh kita terus belajar mulai dalam kandungan sampai ke liang lahat. Belajar tentang dunia remaja, dimana anak remaja jaman sekarang berbeda dengan jaman kita dibesarkan dahulu. Rasulullah juga menganjurkan bahwa kita harus mendidik anak sesuai jamannya sesuai aturan dan perintah agama, agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas.

3. Instropeksi diri

Apakah kita sudah menjadi suri tauladan bagi anak kita? Jika belum maka anak akan merasa kecewa dan akan lebih memilih teman-temannya. Karna remaja pun butuh konsistensi antara yang kita ucapkan dan yang kita lakukan. Jangan pernah merasa benar atas semua yang telah kita lakukan pada anak remaja kita. Sesekali kita juga harus instropeksi diri, dari sini kita akan tahu kesalahan apa yang telah kita perbuat pada anak remaja kita. Selanjutnya adalah perbaiki diri kita agar anak remaja nyaman dan damai bersama kita.

Trus?...  Bagaimana cara memenangkan hati remaja?

Penasaran? Makanya ikuti terus "Diary Syafa" selanjutnya ya...

See you...

Thanks for reading Diary Syafa: Memenangkan Hati Remaja (1) | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 komentar on Diary Syafa: Memenangkan Hati Remaja (1)

Posting Komentar