Degradasi Moral Anak, Salah Siapa?

Oktober 15, 2018
Senin, 15 Oktober 2018

Oleh Hadi Laksono, S.Pd.I.
Guru MTS. Darul Muttaqin, Anggota Pergumapi

Globalisasi seringkali dijadikan “kambing hitam” tentang  perubahan prilaku negatif anak yang muncul di masyarakat saat ini, padahal globalisasi adalah wujud perkembangan ilmu pengetahuan, oleh karena itu globalisasi bisa memunculkan berbagai macam inovasi teknologi yang semakin canggih. Kemunculan inovasi dan perkembangan teknologi itu pasti akan menimbulkan dampak yang positif bagi yang bisa menggunakannya dengan baik, tetapi juga bisa menimbulkan dampak yang negatif bagi yang menyalahgunakannya. Degradasi moral terjadi dalam segala aspek, mulai tutur kata, cara berpakaian, hingga perilaku. Degradasi moral anak zaman sekarang ini merupakan salah satu masalah sosial yang perlu mendapat perhatian baik dari orang tua secara khusus maupun masyarakat atau pemerintah pada umumnya.

Perkembangan teknologi pada zaman globalisasi sangat signifikan dengan perkembangan jiwa generasi muda yang sangat bersemangat untuk maju meraih cita-cita luhur untuk masa depannya. Krisis nilai dan karakter, menjadi sebuah momok besar yang membebani bangsa ini. Maraknya penyimpangan sosial dalam masyarakat menjadi salah satu bukti degradasi nilai dan karakter di kalangan masyarakat Indonesia kini. Kebanyakan masyarakat Indonesia seakan telah lupa dengan nilai-nilai Pancasila yang selama pedoman hidup fundamental bangsa ini.

Perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh kepada prilaku anak terutama perkembangan software teknologi terutama software handphone, sekarang informasi apa yang sulit didapat di handphone, saat ini sangat gampang mencari gambar, video, situs, atau informasi di handphone (internet) banyak game, aplikasi dan situs-situs jejaring sosial yang menyedot perhatian banyak massa, sebut saja Facebook, Twitter, Line, Friendster, Kenalan Yuk, Myspace yang belakangan ini sangat digandrungi anak kecil, remaja maupun dewasa. Sudah dapat dipastikan situs jejaring sosial ini memiliki dapak positif dan negatif bagi penggunanya itu sendiri. Pemanfaatan internet akhir akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Media internet tidak lagi sekadar manjadi media berkomunikasi semata, tetapi juga sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia bisnis, industri, pendidikan, dan pergaulan sosial. Khusus mengenai jejaring sosial atau pertemanan dan informasi melalui dunia internet atau lebih dikenal dengan social network pertumbuhannya sangat luar biasa dan mencengangkan.

Dalam memfilter laju globalisasi yang sangat cepat ini harus ada upaya yang tepat dan kongkret, sehingga dapat meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkannya, terus siapa saja yang dapat melakukanya, salah satunya yaitu orang tua merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pendidikan anak, karena pusat pendidikan yang pertama adalah lingkungan keluarga. Di dalam lingkungan keluarga, kepribadian anak mulai terbentuk dengan menirukan tingkah laku orang tua dari segi bicara, sopan santun, dan disiplin. Mungkin banyak orang tua yang kurang paham akan hal ini, sehingga saat ini banyak kenakalan remaja yang disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya.

Orang tua seharusnya memperhatikan hal ini agar tujuan pendidikan bagi anak terwujud dan semua itu harus di mulai sejak dini. Mungkin banyak orang tua yang mampu memenuhi kebutuhan materi anak tetapi kebutuhan pendidikan tidak pernah tercapai. Anak dibiarkan saja tumbuh tanpa tuntutan norma yang pasti, terkadang hal demikian tidak disadari oleh orang tua.

Contoh dalam kasus ini seperti di kota-kota besar yang banyak remaja salah jalan dalam pergaulannya, saat usia seperti mereka hanya butuh perhatian dan kasih sayang orang tua tetapi lagi-lagi orang tua hanya memikirkan kesenangan materi anaknya tercukupi. Hingga terjadi kasus penyalah gunaan narkoba dan yang menjadi korban adalah para remaja, sehingga pendidikan dan impian masa depan mereka untuk membanggakan orang tua malah hilang.

Tidak hanya masalah narkoba, kenakalan remaja yang disebabkan kurangnya perhatian orang tua adalah maraknya geng-geng motor dan anak-anak jalanan atau sering disebut sebagai anak punk, dalam kasus ini orang tua seharusnya lebih memperhatikan pergaulan anaknya, karena usia remaja adalah usia di mana teman adalah segalanya. Dengan demikian peran anak sebagai generasi penerus bangsa menjadi hancur karena pendidikan mereka yang telah rusak karena kenakalan remaja, dan dalam hal ini orang tua hanya bisa menyalahkan anak tanpa berpikir bahwa dirinya juga salah satu penyebab terjadinya kenakalan anak tersebut.

Perilaku remaja saat ini cenderung mendekati perilaku yang negatif, tidak memungkiri karena semakin berkembangnya era globalisasi, gaya hidup dan prilaku remaja saat ini, di dalam sebuah pergaulan remaja indonesia sudah tercampur dengan gaya pergaulan dari luar, alhasil banyak kebudayaan indonesia tidak menjadi tradisi dikalangan remaja. Ini menjadi dampak sangat besar, yang berpengaruh terhadap aspek budaya indonesia, dan dengan ini sedikit demi sedikit budaya indonesia menjadi terlupakan.

Namun saat ini masyarakat telah menunjukan perilaku sosial yang ada pada individu, seperti ketergantungan dengan pergaulan yang ada, sperti di kalangan remaja saat ini berpacaran dengan mesra di depan umum dan lain-lain. Menurut remaja jaman sekarang di anggap menjadi kebiasaan, namun kebiasaan itu telah di campuradukkan dengan pergaulan di negara lain yang pergaulan di luar menganut pergaulan bebas. Akan tetapi setiap pergaulan bisa di hindari jika individu tersebut memiliki kekuatan iman yang ada pada dirinya, agar tidak menyalahgunakan pergaulan yang sekarang sedang merajalela di kalangan remaja, dan dari perilaku manusiapun menjadi sebuah dampak kejahatan yang ada di dunia. Tanpa kita sadari kita pun sudah memmbuka peluang kejahatan di dunia kerna kita salah dari individu bergaul.

Namun tidak semua remaja seperti itu, jika remaja itu sendiri bisa mengontrol dirinya agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dapat merusak adat istiadat. Mereka yang berpikiran positif melakukan kegiatan-kegiatan yang bermoral, agar tidak mudah terjerumus akan hal-hal yang seperti itu.

Bangsa ini lama-kelamaan kehilangan jati dirinya sebagai sebuah bangsa yang memiliki integritas sebagai sebuah bangsa yang berlandaskan Pancasila, sebuah asas fundamental yang berakar dari nilai luhur bangsa kita. Anak semakin lupa dengan kewajibannya sebagai penerus bangsa, yaitu kewajiban sebagai murid menuntut ilmu di sekolah. Dampak buruk yang ditimbulkan akibat dari pengaruh globalisasi seperti yang saya baca yaitu kasus kematian Guru Budi Mulya yang dianiaya oleh muridnya sendiri. Dari situ, kita bisa melihat perbedaan yang sangat mencolok dengan siswa jaman dulu. Kewajiban seorang anak yang hanya menuntut ilmu di sekolah kini sudah hampir hilang dalam diri siswa.

Kasus ini memang kasus di bawah umur, namun dilihat dari cara pelaku itu bukanlah merupakan kasus yang sepele walaupun dilakukan anak di bawah umur, tetapi itu merupakan kasus yang fatal karena berakibat menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja yaitu pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah “barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun” atau merupakan pembunuhan secara yuridis diatur dalam pasal 338 KUHP, yang mengatakan bahwa: “barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, karena bersalah telah melakukan “pembunuhan” dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun” juga belum diketahui secara pasti. tetapi pada kenyataannya, terlepas dari kasus ini masuk dalam 338 KUHP atau pada 340 KUHP.

Banyak lagi kasus yang dilakukan anak sekolah, mereka meniru prilaku barat, gaya hidup bebas, hamil diluar nikah, menggugurkan kandungan, berbose bugil bahkan bisa dikatanan, mau apa terserah gue! Saat seperti ini, di manakah orang tua?  Harusnya, komunikasi antara orang tua dengan anak perlu ditingkatkan lagi agar anak tidak salah dalam mengambil tindakan. Masih menjadi misteri, mengapa kasus kekerasan siswa yang menjadi tradisi turun-temurun tiap tahun ini terus terjadi. Mengapa pihak sekolah tidak mencegah adanya tindakan seperti ini. Semoga para orang tua menjadi lebih berhati-hati dan lebih waspada lagi dalam mendidik dan mengasuh anak agar tidak terjadi hal yang seperti ini.

Dari kasus ini juga kita bisa melihat, di manakah peran orang tua dalam mendidik anaknya pada saat belum terjadi kasus ini. Jika anaknya diketahui sudah hamil baru bertindak dengan tegas, jika masih bisa dicegah kenapa tidak dari awal saja. Seharusnya para orang tua bertindak tegas dan memberikan perhatian dalam mendidik anak saat sedang mencari jati diri, bukan hanya tegas saat sudah terjadi kasus menyimpang saja karena jika tidak mendidik dengan benar maka anak akan terjerumus dan berdampak pada masa depannya.

Kemajuan dunia globalisasi yang semakin menantang kehidupan para anak bangsa tentunya harus dibarengi oleh adanya penguatan moral dan agama sebagai upaya mengantisipasi jika kemajuan dunia globalisasi tersebut dapat menjerumuskan anak bangsa ke arah kehidupan yang negatif serta dapat merusak citra bangsa Indonesia di mata dunia internasional. (*)

Thanks for reading Degradasi Moral Anak, Salah Siapa? | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 komentar on Degradasi Moral Anak, Salah Siapa?

Posting Komentar