Diary Syafa: Memenangkan Hati Remaja (2)

Maret 06, 2018
Selasa, 06 Maret 2018
Slowparentingteens.com
Jumat, 17 Februari 2018

Masa remaja disebut juga masa badai topan. Kenapa demikian? Karena pada masa ini remaja memiliki emosi yang tidak stabil, mudah meledak-ledak, cepat depresi, dan sensitif. Nah, masa inilah yang sering dikeluhkan oleh orang tua. Karena di masa ini remaja mulai susah diatur, suka membangkang, lebih memilih bersama temannya daripada dengan orang tua, dan jatuh cinta. Bukan sepenuhnya salah remaja kok, hal tersebut terjadi. Mereka memang harus melalui masa-masa itu.

Untuk memenangkan hati remaja, kita harus tahu kuncinya. Kuncinya adalah komunikasi, ada tiga pilar komunikasi yang berpengaruh bagi remaja, yaitu bahasa tubuh 55%, intonasi 38%, dan kata-kata 7%.

Loh kok bisa sih? Ya bisa dong....

Begini maksudnya... ketika kita respek terhadap anak, maka bahasa tubuh yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah memeluknya, berada di sampingnya untuk mendengarkan semua cerita bahagia dan keluh kesahnya, serta memberi ruang mereka untuk berekspresi. Sedangkan intonasi adalah bagaimana tinggi rendah suara kita saat berbicara dan memanggilnya. Selanjutnya adalah kata-kata, biasanya anak remaja paling tidak suka dengan nasihat yang terlalu banyak sehingga mereka cenderung berontak, cukup dengan kata yang seperlunya saja tetapi penuh makna untuk mengarahkannya pada kebaikan, karena mereka juga ingin didengarkan pendapatnya, tidak hanya komunikasi satu arah saja. Tiga pilar komunikasi ini akan membangun kepercayaan dan pendekatan pada anak remaja, sehingga kita mudah memenangkan hati remaja.

Nah, maka stop virus komunikasi. Apa saja itu?

1. Memerintah

Pernah gak sih, menyuruh anak tanpa kata tolong? Pernah gak sih menyuruh sholat atau ngaji pada anak tapi kita sebagai orang tua tidak bergerak untuk melaksanakannya? Mulai sekarang ganti modelnya ya... bukan memerintah/menyuruh lagi tapi mengajak. Ajaklah anak bersama kita untuk melakukan aktivitas bersama. Contohnya, Yuk Kak, kita ke masjid bersama untuk jamaah sholat ashar, Yuk Kak kita sholat Dhuha bersama, dan lain sebagainya.

2. Menyalahkan

Jangan terus menyalahkan kesalahannya, misalnya hanya karena nilainya jeblok. Hal ini akan membuat anak semakin tertekan dan depresi. Ingat mereka punya keunikan masing-masing di bidang yang mereka minati.

3. Meremehkan

Ketidakyakinan orang tua karena ketidakmampuan anak di bidang yang mereka harapkan tanpa menghiraukan keinginannya akan membuatnya sedih. Jangan paksakan anak akan jadi seperti apa yang kita mau. Mereka punya minatnya sendiri.

4. Membandingkan

Siapa sih yang ingin dibanding-bandingkan dengan orang lain? Saya rasa tidak ada manusia satupun di dunia ini yang ingin dibanding-bandingkan dengan orang lain. Karena sejatinya Allah menciptakan setiap manusia dengan keunikan dan fungisnya masing-masing. Tidak mungkin dong semua jadi dokter? Ya... karena semua punya bakat tersendiri. Jadi jangan sekali-kali membandingkan anak kita dengan anak orang lain.

5. Mencap/Melabeli

Pernahkan anda mencap/melabeli negatif anak? Misalnya, melabeli anak dengan kata-kata rentenir karena setiap Minggu meminta pada Anda uang jajan mingguan sedang Anda sendiri tidak mencoba berterus-terang pada anak bahwa Anda sedang tidak memegang uang sama sekali, atau melabeli nama aslinya dengan kata-kata negatif lainnya. Jika hal tersebut masih Anda lakukan, maka anak akan merasa marah, sedih, dan tertekan. Mulai sekarang jangan ya... hentikan ya... Anda tinggal mengubah saja menjadi kata-kata positif dan terbuka pada anak, misalkan Fatimah anak Mama yang sholihah, mama sedang tidak membawa uang, tadi uangnya hanya cukup untuk belanja sayur pagi ini, dan kata positif lainnya.

6. Mengancam

Ini nih, moms muda yang baru jadi ibu atau nenek kakek atau saudara yang lainnya yang suka ngancam terhadap anak balitanya... hayo ngaku deh... hehehe. Contoh saja, jangan ke situ nanti ada tikus besar, trus nanti gigit adik, dan ancaman lainya. Nah hal ini bisa membuat anak penakut dan tidak percaya diri (PD) di masa ia remaja. Kok bisa, ya bisa dong... mungkin saat balita kita tidak melihatnya secara jelas dan tidak ada reaksi apa-apa terhadapnya. Tapi tahukah anda, bahwa hal tersebut dia tumpuk sejak dini hingga berakibat di masa dewasanya.

7. Menasihati

Terlalu banyak menasihati anak, maka anda sedang menciptakan komunikasi satu arah saja tanpa mengerti isi hati anak.

8. Membohongi

Perlakuan membohongi anak, kebanyakan kita jumpai pada balita. Contohnya: jangan keluar rumah nanti digigit kucing lo... padahal sebenarnya tidak ada kucing di luar rumah. Nah, hal seperti ini akan membuat anak penakut dan kurang percaya diri, serta mengajari anak berbohong sejak dini. Yang perlu dipahammi adalah berbohong di agama hanya ada tiga hal, yaitu untuk mendamaikan orang yang berselisih, untuk keharmonisan suami istri, untuk melindungi orang yang nyawanya terancam.

9. Menghibur

Lagi nih... pernah gak sih menghibur anak saat dia sedih atau menangis? Coba deh diingat-ingat? Pasti timbul pernyataan seperti ini, loh kok bisa menghibur menjadi salah satu virus komunikasi? Bisa dong... contoh: ketika Anda berangkat bekerja, anak Anda merengek untuk ikut. Lalu ibunya atau neneknya menghiburnya, ayah/ibumu gak ke mana-mana kok, ayah/ibu masih mandi. Padahal Anda sudah berangkat kerja. Seharusnya sampaikan padanya sejujurnya, Anda bisa memeluknya sebelum berangkat kerja sambil berkata, “Ayah/Ibu sebenarnya tidak ingin berpisah dengan kamu, tapi ayah/ibu harus kerja, mencari nafkah/uang buat kamu untuk beli kebutuhan rumah termasuk susu kamu, Ibu/Ayah pasti merindukan kamu, nanti siang/sore kita ketemu lagi ya... kita bermain bersama lagi ya...”. kemudian peluk dia, sambil bisikkan doa positif di telinga kanannya.

10. Mengkritik

Banyak orang tua yang kerap memberikan kritikan ketimbang dukungan positif pada anak saat mengalami kegagalan. Akibatnya anak menjadi takut mencoba hal baru dan susah bergaul, serta menghambat tumbuh kembang anak.

11. Menyindir

Kebiasaan menyindir seringkali dilakukan orang tua. Sindiran tersebut berisikan kata-kata ringkas namun pedas dan menusuk di hati. Contoh: terus, teruskan saja pulang malam. Emang mamak dan bapakmu ini satpam. Hal ini mengakibatkan anak sakit hati karena sering dipojokkan. Anak akan menjaga jarak dan tidak ingin melakukan komunikasi dengan kita.

12. Menganalisis

Menganalisis setiap apa yang diperbuat anak remaja kita, membuatnya serba salah dan kurang percaya diri.

13. Mengungkit

Saya yakin, setiap orang tidak mau diungkit-ungkit kesalahannya yang telah berlalu. Termasuk saya sendiri sih, hiihihihi... karena anak akan semakin dongkol dan membenci orang tuanya. Belajarlah dari kesalahan kemarin, perbaiki saat ini, dan songsong masa depan cerah.

Lalu apa selanjutnya? Selanjutnya adalah bersambung ke part 3 ya... Hehehe... (*)

Syafa'atul Maulida adalah guru di MTs NU Pakis sekaligus Sekretaris Bidang Penerbitan Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumpai).

Thanks for reading Diary Syafa: Memenangkan Hati Remaja (2) | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 komentar on Diary Syafa: Memenangkan Hati Remaja (2)

Posting Komentar